Menyongsong Agentic AI: Peluang dan Tanggung Jawab di Era Baru Kecerdasan Buatan

Minggu 15-06-2025,06:00 WIB
Oleh: Suyoto*

Ketiga, manfaat nyata AI dalam dunia nyata.

Bisnis: contoh lokal seperti Kopi Kenangan yang menggunakan AI untuk mengelola rantai pasok, menganalisis sentimen pelanggan, menyusun dokumen, dan mempercepat pengambilan keputusan. AI menjadi kopilot untuk efisiensi dan ketepatan.

Media: AI mempercepat riset, memahami sentimen publik, bahkan menulis draf awal berita. Namun, tetap diperlukan jurnalis yang etis agar tidak terjadi manipulasi informasi.

Kesehatan: AI digunakan untuk konsultasi digital, diagnosis awal, bahkan pengelolaan rekam medis. Namun, tetap perlu prinsip human-in-the-loop, yaitu dokter tetap menjadi penentu akhir. Tanggung jawab kolektif dan regulasi harus berjalan beriringan.

Pendidikan: AI bisa menjadi mentor pribadi yang memahami gaya belajar siswa. Tidak untuk menggantikan guru, tetapi mendukung pencapaian potensi maksimal siswa –dengan panduan etik, tentunya.

Kemiskinan dan ketahanan pangan: AI mampu menganalisis data pertanian, memprediksi panen, merekomendasikan waktu tanam, mengelola distribusi pangan. Dengan itu, kita bisa lebih siap melawan kelaparan.

Keempat, kenali peran dan tanggung jawab Anda.

Dalam ekosistem AI, posisi kita bisa berbeda-beda.

Sebagai konsumen: penting memahami data dan konten apa yang kita terima, buat atau bagikan dan risikonya.

Sebagai penyedia teknologi: kita harus menjamin keamanan dan keadilan algoritma.

Sebagai pengguna dalam organisasi: kita perlu etika penggunaan.

Sebagai pembuat kebijakan: tanggung jawab kita adalah menyiapkan infrastruktur, SDM, regulasi, dan menjamin keadilan digital.

KESIAPAN MORAL DAN SEJARAH BARU UMAT MANUSIA

Agentic AI adalah peluang besar untuk memperbaiki cara kita bekerja, berhubungan, dan mencipta nilai baru. Namun, untuk itu, kita butuh kesadaran moral dan tanggung jawab sejarah: teknologi harus melayani kemanusiaan, bukan sebaliknya.

Kita tidak cukup hanya melek digital, tetapi juga perlu literasi etis dan historis: memahami apa artinya menjadi manusia di era AI. AI tidak boleh menjauhkan kita dari sesama, tetapi justru mendekatkan dan memanusiakan kita semua. (*)

*) Suyoto adalah chancellor University In Diversity. 

Kategori :