Konsensus Tokoh Nasionalis-Religius dalam Merawat Pancasila

Jumat 20-06-2025,09:33 WIB
Oleh: Biyanto*

BACA JUGA:Pentingnya Pendidikan Pancasila

Bahkan, Kiai Dahlan secara resmi pernah menjadi anggota Boedi Oetomo pada 1909. Secara khusus, Kiai Dahlan juga diminta untuk mengajar pendidikan agama bagi anggota Boedi Oetomo. 

Sebaliknya, Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikan Kiai Dahlan pada 1911 digunakan sebagai tempat magang guru-guru Kweekschool. Saat Boedi Oetomo menyelenggarakan kongres pada 1917, Kiai Dahlan pun diminta untuk memberikan ceramah. 

Hebatnya lagi, kongres Boedi Oetomo itu diselenggarakan di rumah Kiai Dahlan. Peserta kongres tampak sangat tertarik dengan ceramah Kiai Dahlan. 

BACA JUGA:Lahirnya Pancasila

BACA JUGA:Prabowo dalam Pidato Hari Pancasila: Pihak Asing Biayai LSM untuk Adu Domba Bangsa Indonesia

Ceramah Kiai Dahlan dinilai telah membangkitkan spirit nasionalisme. Kiai Dahlan juga menggelorakan semangat melawan kolonialisme. 

Caranya adalah memperbaiki kehidupan umat, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. Kiai Dahlan pun merintis pendirian sekolah modern, rumah sakit, dan panti asuhan. 

Model dakwah Kiai Dahlan tidak hanya melalui ceramah, tetapi juga dengan contoh-contoh yang lebih konkret. Karena itulah, sejumlah anggota Boedi Oetomo meminta Kiai Dahlan memberikan pengajian sekaligus membuka cabang Muhammadiyah di daerahnya. 

Fakta sejarah itu penting untuk memberikan pelajaran bahwa ada hubungan harmonis antara pelopor gerakan nasionalisme dengan tokoh-tokoh Islam. 

Sinergi itu terjadi karena tokoh-tokoh gerakan nasionalis dan islamis sama-sama ingin memerdekakan bangsa dari penindasan kaum penjajah. 

Selama masa jelang dan awal kemerdekaan, hubungan tokoh-tokoh nasionalis dan islamis juga terjaga dengan baik. Hal itu dapat diamati melalui perdebatan dalam penyusunan rumusan lima sila Pancasila. 

Melalui kesamaan tujuan berbangsa itulah, tokoh-tokoh pergerakan bersatu untuk mewujudkan suatu organisasi politik yang dalam konteks modern disebut negara bangsa (nation state). 

Kesadaran pentingnya mewujudkan suatu bangsa pasti membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Dalam kaitan itulah, kita perlu belajar dari teoretikus politik Prancis, Ernest Renan (1823–1892), ketika mendefinisikan bangsa. 

Menurut Renan, bangsa adalah perwujudan solidaritas tingkat tinggi yang dibangun oleh kesediaan berkorban pada masa lalu berikut kesiapan untuk menghadapi masa depan. 

Itu berarti, untuk tetap menjadi suatu bangsa, dibutuhkan komitmen. Terutama komitmen dalam merawat solidaritas dan semangat berkorban. 

Kategori :