Konsensus Tokoh Nasionalis-Religius dalam Merawat Pancasila

Jumat 20-06-2025,09:33 WIB
Oleh: Biyanto*

HARI Kebangkitan Nasional dirayakan setiap 20 Mei. Peringatan Hari Kebangakitan Nasional (Harkitnas) merujuk pada pendirian gerakan Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Boedi Oetomo didirikan dr Wahidin Sudirohusodo dan beberapa pelajar sekolah kedokteran di Jakarta. 

Sebelum Boedi Oetomo, terlebih dulu berdiri organisasi pergerakan yang dipelopori tokoh-tokoh Islam, yakni Jam’iyatul Khair (1905) dan Sarekat Dagang Islam (1905).

Meski bukan pergerakan yang pertama berdiri, pendirian Boedi Oetomo diakui secara luas sebagai permulaan kebangkitan nasional. Boedi Oetomo menjadi spirit lahirnya gerakan-gerakan nasional yang menentukan sejarah perjalanan bangsa. 

BACA JUGA:Refleksi Bulan Pancasila, Juni 2025: Pancasila di Tengah Pluralisme Ideologi

BACA JUGA:Pancasila sebagai Roh Pembangunan dan Identitas Bangsa: Refleksi dari Tanah Reog

Sebagai gerakan kebangsaan berideologi nasionalis-Jawa, Boedi Oetomo sejatinya bersifat terbuka. Hal itu dapat diamati melalui penerimaan anggota Boedi Oetomo terhadap kelompok dari luar.

Setelah perayaan Harkitnas, kita memperingati Hari Kelahiran Pancasila (1 Juni 2025). Penetapan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila berdasar Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016. 

Dalam keppres itu ditegaskan bahwa Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dipimpin dr KRT Radjiman Wedyodiningrat telah menyelenggarakan sidang pertama pada 29 Mei–1 Juni 1945 dengan agenda pembahasan tentang dasar negara Indonesia Merdeka

BACA JUGA:Pancasila di Reruntuhan Demokrasi

BACA JUGA:Pancasila, Api yang Tak Boleh Padam

Dalam sidang BPUPKI tersebut, untuk kali pertama Pancasila diperkenalkan sebagai dasar negara oleh Ir Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Momentum itulah yang mendasari pemerintah menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila. 

Sejak itu, Pancasila mengalami perkembangan hingga menghasilkan naskah Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945 oleh Panitia Sembilan dan disepakati menjadi rumusan final pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

SINERGI BOEDI OETOMO-MUHAMMADIYAH   

Pada konteks sejarah pergerakan nasional, rasanya penting dikemukakan hubungan baik tokoh-tokoh Boedi Oetomo dengan pendiri sekaligus ideolog Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. 

BACA JUGA:Muhammadiyah, Negara Pancasila, dan Darul Ahdi wa Syahadah

Kategori :