Imam Al-Bukhari & Sukarno, Teater Tablo Merajut Diplomasi, Spiritualitas, dan Warisan Budaya

Jumat 27-06-2025,19:18 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Imam Al-Bukhari & Sukarno adalah semacam portal waktu. Mengajak penonton menelusuri ulang salah satu babak penting sejarah hubungan Indonesia-Uzbekistan. Yakni melalui kunjungan kenegaraan Presiden Sukarno ke kawasan tersebut pada tahun 1956.

Di tengah panasnya Perang Dingin, ketika dunia terbelah dua antara Blok Barat dan Blok Timur, Bung Karno menunjukkan haluan politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif.

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (7): Benih Revolusi di Ruang Sempit

Ia hadir sebagai simbol dunia ketiga yang baru bangkit. Menyampaikan pesan persatuan kepada dunia Islam melalui ziarahnya ke makam Imam Bukhari di Samarkand.

Pementasan itu menghidupkan kembali momen tersebut. Mulai dari permintaan Bung Karno pada Nikita Kruschev. Ia baru mau berkunjung ke Uni Sovyet bila Kruschev dapat menemukan makam Imam Al-Bukhari.

Pementasan itu dikategorikan sebagai teater arsip. Istilah yang kini makin relevan ketika seni pertunjukan tak lagi sekadar soal panggung dan lampu, tetapi juga ruang pengarsipan kolektif ingatan bangsa. Termasuk ingatan masyarakat Uzbekistan.

BACA JUGA:Kisah Bung Karno ke Uzbekistan dalam Pentas Seni Bertajuk Imam Al-Bukhari dan Soekarno

Di atas panggung, sosok Sukarno tampil bukan hanya sebagai tokoh politik. Tetapi juga figur spiritual. Dibalut zikir yang dibawakan dengan seni orkestra, khas Uzbekistan, lagu-lagu nasional, musik tradisi dari dua budaya, dan videografi yang menampilkan dokumen-dokumen sejarah.


Ketua DPP PDIP bidang Pariwisata Yanti Sukamdani tampak berbincang dengan Ketua DPP PDIP bidang Kebudayaan Rano Karno dalam jumpa pers pertunjukan Imam Al-Bukhari & Sukarno di Hotel Majapahit, 27 Juni 2025.-Subastian Salim-HARIAN DISWAY

Para penikmat dapat menyaksikan narasi politik, agama, dan kemanusiaan yang ditata ulang dengan pendekatan estetik kontemporer.

Pementasan itu dipersembahkan oleh DPP PDI Perjuangan melalui Bidang Pariwisata dan Kebudayaan, bekerja sama dengan Yayasan Taut Seni. Surabaya, kota dengan sejarah panjang perlawanan dan pluralitas, dipilih sebagai tempat pertunjukan perdana.

BACA JUGA:Blitar Siapkan 5.000 Tumpeng untuk Haul ke-55 Bung Karno

Ahmad Fauzi, sutradara pementasan Imam Al-Bukhari & Sukarno menyebut bahwa pertunjukan tersebut memakai presentasi-representatif.

"Presentasi lewat dokumen-dokumen yang ditampilkan dalam visual latar. Sedangkan representatif dari segi keaktorannya. Mereka menampilkan adegan-adegan yang menunjukkan Bung Karno sedang memperjuangkan pencarian makam Al-Bukhari," ungkapnya.

Imam Al-Bukhari & Sukarno adalah narasi lintas waktu yang menyatukan spiritualitas Islam, diplomasi Sukarno, dan semangat teater kontemporer.

BACA JUGA:Ziarah Makam Bung Karno Bersama Wapres Gibran, Khofifah Ajak Teladani Semangat Nasionalisme

Kategori :