Itu membuat siapa saja merenung: bahwa sejarah tidak hanya tinggal di buku pelajaran. Tetapi hidup dan berdetak di panggung bersama musik, zikir, dan bayangan masa depan.
Dengan menghadirkan kembali spirit kunjungan kenegaraan 1956 dalam bentuk seni panggung, pertunjukan itu menjembatani masa lalu dan masa kini, antara Indonesia dan Uzbekistan, antara budaya dan diplomasi. (*)