Seri Sang Putra Fajar (13): Raden Soekeni dan Sekolah Ongko Loro

Selasa 01-07-2025,09:00 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Jaraknya dari rumah masa kecil Bung Karno pun tak jauh. Yakni sekitar 300 meter. Menyeberang jalan dari Gang Buntu, Rejoagung, kemudian berjalan ke arah barat. Terdapat gang yang mengarah ke utara. Di ujung gang tersebut terdapat penanda "Sekolah Ongko Loro".

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (9): Nostalgia Presiden di Pertjetakan Peneleh

Sesuai beslit Raden Soekeni, sejak 28 Desember 1901, ia ditugaskan mengajar di Sekolah Ongko Loro di Ploso.

Dinding tebal memanjang bekas bangunan sekolah itu masih ada. Namun, gerbang masuknya telah ditutup oleh batu bata. Sisi ujung kiri tinggal sebagian. Pengunjung dapat masuk ke bagian dalam melalui sisi reruntuhan tersebut.

Di depan bangunan tertera papan keterangan Sekolah Ongko Loro. Bahwa Raden Soekeni, ayah Bung Karno itu menghabiskan sekian tahun menjadi guru. Ia jugalah yang membentuk karakter putranya. 

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (8): Cahaya Islam di Gelapnya Penjara

Seperti telah dijelaskan pada seri sebelumnya, sejak lulus dari Europeesche Lagere School (ELS) atau setingkat SD di Mojokerto, Soekarno bisa saja tidak melanjutkan sekolah. Dengan ijazah tersebut, ia bisa bekerja menjadi pegawai tingkat rendah.

Namun, Raden Soekeni menyuruh anaknya itu untuk melanjutkan sekolah di HBS di Surabaya. Soekarno pun menyambutnya dengan antusias. Kemauan belajarnya tinggi. Ia pun merantau ke Surabaya dan indekos di rumah H.O.S. Tjokroaminoto.

"Orang tua Bung Karno memberikan kaidah pendidikan yang tepat. Mereka mendorong putranya untuk berpikir dari berbagai perspektif. Jadi ia tidak hanya mendapat ilmu dari sekolah. Tapi dari pengalamannya juga," ungkap politisi muda PDIP Seno Bagaskoro.

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (7): Benih Revolusi di Ruang Sempit

"Dari pengalaman itu, Bung Karno belajar berpikir kritis. Hingga kemudian menghasilkan pemikiran-pemikiran yang tajam. Seperti Pancasila, Trisakti, dan gotong-royong. Ide-ide itu dihayati secara penuh dan diperjuangkan sepanjang hayat. Bukan hanya jargon," tambahnya.

Kini, bangunan Sekolah Ongko Loro itu hanya tersisa bagian tengah dan depan. Sebab, pada 1948, terkena dampak dari Agresi Militer Belanda II. "Sekutu menjatuhkan bom yang menghancurkan sebagian bangunan ini," ujar Binhad.

Sisi yang masih terlihat adalah dinding dan konstruksi khas bangunan Eropa. Terdapat ruang kamar mandi dengan bak penampungan air.

BACA JUGA:Seri Putra Sang Fajar (6): Melahap Buku Bapak Kos

Kemudian, bagian depannya telah didirikan bangunan baru. Yakni minimarket. "Sebenarnya, bangunan ini panjangnya sampai ke depan. Ke tepi jalan raya. Jadi, sekolah Ongko Loro ini letaknya di pinggir jalan raya," ujar pria 59 tahun itu. 

Di bagian atap bangunan tersebut, terdapat tanaman-tanaman liar yang merambat. Beberapa bagian dasarnya ditumbuhi semak belukar.

Kategori :