Perpisahan Sang Konsul: Dari Jember ke San Francisco, Jejak Diplomasi Pak Pras Bersama Diaspora

Selasa 01-07-2025,09:25 WIB
Reporter : Ari Sufiati
Editor : Gunawan Sutanto

Ada yang berbeda di Wisma Indonesia San Francisco, Minggu, 29 Juni 2025. Selain aroma masakan Indonesia yang menggoda, suasana hangat sudah terasa sejak pintu dibuka.

Wisma Indonesia memang sudah biasa menerima tamu dan menyajikan berbagai hidangan khas Nusantara. Tapi kali ini, vibe-nya berbeda. Ada getaran emosional yang sulit dijelaskan. Sebab hari itu bukan sekadar pertemuan yang terjadi. Tapi hari itu adalah perpisahan untuk Prasetyo Hadi, Konsul Jenderal RI di San Francisco, yang baru saja mengakhiri masa tugasnya dan kembali ke tanah air awal Juli ini.

Bagi komunitas diaspora Indonesia di Amerika Serikat, Pak Pras—begitu beliau akrab disapa—bukan sekadar diplomat. Ia adalah jembatan, penggerak, dan sahabat. Beliau dikenal dekat dengan berbagai organisasi masyarakat dan generasi diaspora, dari mahasiswa hingga pelaku budaya.

Tak heran, seminggu sebelum acara resmi di Wisma, perpisahan hangat telah lebih dulu digelar oleh Gowes Indo-SF dan komunitas diaspora Indonesia di Quick Ranch Danville, California.

Acara yang dihadiri sekitar 150-an orang dari berbagai kota di wilayah kerja KJRI San Francisco ini berlangsung meriah, diwarnai dengan tawa, nyanyian, dan joget bersama.

Sementara itu, acara di Wisma Indonesia hari Minggu lalu dihadiri sekitar 150 diaspora dari berbagai organisasi dan institusi, termasuk Indonesia Lighthouse, Friends of Indonesia, BOSAMI, PBB, IMC-SFBA, ALZI, KCB, FKGI, WKICU, beberapa perwakilan organisasi mahasiswa/Permias, GSJ, Pusaka Sunda, Sari Raras, dan masih banyak lagi.


Acara perpisahan Pak Pras dan keluarga bersama Gowes Indo-SF dan diaspora Indonesia di Bay Area.-Dokumentasi KJRI San Francisco.-

Acara dibuka dengan penuh kehangatan oleh Konsul Pensosbud Mahmudin Nur Al-Gozaly, atau yang lebih dikenal dengan Kang Deden, yang memandu dengan gaya santai dan penuh tawa.

Tak hanya berisi sambutan, testimoni dan pantun, acara juga dimeriahkan oleh kuis interaktif berhadiah, termasuk merchandise eksklusif dari BCA melalui kolaborasi Indonesia Lighthouse.

Kerja sama strategis ini juga terwujud berkat peran aktif Pak Pras yang membuka jalan kolaborasi lintas sektor. Salah satu bentuk kolaborasi institusi swasta dan pemerintah Indonesia ini mendukung acara 4th Indonesian Annual Bazaar yang diselenggarakan oleh Friends of Indonesia.

Salah satu momen paling mengharukan terjadi saat Pak Pras menyampaikan pidato. Beliau sempat menitikkan air mata, dan menyampaikan harapan agar program dan semangat yang sudah dibangun dapat terus dijaga dan diteruskan.

Dalam kesempatan itu, beliau juga menitipkan putrinya, Nadine, kepada komunitas diaspora—khususnya kepada Prof. George Anwar dari UC Berkeley (baca ceritanya di sini: Anwar Berkeley) —karena Nadine akan segera memulai studi di kampus ternama tersebut.

Di balik keberhasilan Pak Pras selama bertugas, tentu juga ada peran penting dari keluarga. Sang istri, Ibu Ota, dan kedua putri mereka, Nadine dan Alissa, setia mendampingi dalam berbagai acara kenegaraan maupun komunitas.

Dalam obrolan santai saat makan malam bersama beberapa tamu, Ibu Ota sempat berbagi bahwa dua bulan terakhir ini benar-benar padat: mulai dari acara Sustainability Summit dan Endgame Lyceum yang dihadiri oleh Bapak Gita Wirjawan, SBY dan AHY, hingga menyambut kunjungan resmi Ibu Puan Maharani dan rombongan.

Kolaborasi lintas sektor inilah yang turut mewarnai masa jabatan Pak Pras selama di Amerika.

Kategori :