Soekarno sebenarnya bukan nama asli. Tapi nama yang diberikan oleh kerabatnya, R.M. Pandji Soemohatmodjo. Proses pergantian nama itu dilakukan di Ndalem Pojok, Kediri. Hingga saat ini, rumah itu masih ada. Bahkan menjadi museum situs Bung Karno. Banyak cerita menarik tentang Soekarno di tempat itu.
Koesno kecil sering sakit-sakitan. Berkali-kali diobati, sakitnya muncul lagi. Tak kunjung sembuh. Kedua orang tuanya pun bingung. Di bawa ke tabib atau dokter pun percuma. Anaknya itu seperti tak memiliki kekebalan tubuh.
Dalam tradisi Jawa, bila anak sering sakit atau sering ditimpa kemalangan, bisa jadi kabotan nyandang jeneng. Atau terlalu berat menyandang nama dirinya.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (13): Raden Soekeni dan Sekolah Ongko Loro
Solusinya, ganti nama. Raden Soekeni Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, kedua orang tua Koesno, membawa putranya itu ke Kediri. Yakni ke Ndalem Pojok.
Rumah itu didiami kerabatnya, Raden Mas Pandji Soemohatmodjo. Ia merupakan paman dari Soekeni. Sebab, Raden Pandji merupakan adik dari Raden Hardjodikromo, ayah Soekeni.
Bayi Koesno dibaringkan di atas ranjang kayu di dalam sebuah kamar. Raden Mas Soemosewojo (Denmas Mendung), putra pertama Raden Pandji, dikenal sebagai tabib yang mampu menyembuhkan penyakit.
Situs Ndalem Pojok di daerah Wates, Kediri. Situs itu menyimpan jejak Bung Karno semasa muda.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (12): Ploso, Jejak Masa Kecil Soekarno
Terkait Koesno, menurutnya itu disebabkan karena kabotan nyandang jeneng. Maka, perlu dilakukan upacara pergantian nama.
Di kamar itu, Denmas Mendung menatap bayi Koesno. Lalu mengusap kening bayi itu dan berkata, "Mulai sekarang, namamu bukan lagi Koesno. Tapi Soekarno."
"Soekarno" diambil dari tokoh wayang Adipati Karno atau Basukarno. Ksatria tangguh yang setia pada janjinya. Ia tetap teguh pada pendirian. Rela berkorban demi kebenaran. Mampu menjadi cahaya sekalipun berada di lingkungan yang kelam.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (11): Merantau dan Berhemat demi Pendidikan
"Soekarno" juga berarti telinga atau pendengaran. Ia diharap mampu mendengarkan segala hal. Memiliki kemauan tinggi untuk belajar banyak.
Pun, senantiasa mendengar keluh-kesah rakyat atau mereka yang terpinggirkan. Sekaligus bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah tersebut.