Terbukti, Soekarno mampu membawa bangsa meraih cita-cita merdeka. Ia pun mencetuskan ide-ide yang didasari dari proses mendengar dan membaca banyak hal. Seperti Pancasila, Marhaenisme, Trikora, dan lain-lain.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (10): Jembatan Peneleh, Jembatan Dua Hati
Setelah proses pergantian nama itu, Raden Pandji, ayah Denmas Mendung, menyuruh putranya membawa bayi Soekarno padanya.
Saat itu, ia duduk di kursi besar di ruang tamu. Soekeni dan Ida Ayu Nyoman Rai duduk di hadapannya. Saat dipangku, bayi itu tenang. Tak menangis.
Kursi tua milik R.M. Pandji Soemohatmodjo. Di kursi itu, Raden Pandji berwasiat jika Soekarno kelak menjadi orang penting.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Lantas, Raden Pandji berwasiat, "Titenono, bocah iki bakal dadi kembange jagad (Amatilah, anak ini akan menjadi bunga yang mengharumkan dunia, Red)." Ayah dan ibu Soekarno pun menangis.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (9): Nostalgia Presiden di Pertjetakan Peneleh
Wasiat itu begitu dalam. Jika disebut kembange jagad, maka anak itu kelak akan lepas dari orang tuanya. Ia lebih fokus memikirkan kepentingan bangsa dan negara.
Itulah kisah pergantian nama Koesno menjadi Soekarno. Upacara itu terjadi di Ndalem Pojok. Kisah itu diceritakan oleh R.M. Kusuma Hartana, cicit Raden Pandji.
Kakek Kusuma adalah Raden Mas Sajid Soemodihardjo, adik dari Denmas Mendung. "Raden Sajid memiliki putra Raden Mas Suharyono, ayah saya," ujarnya.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (8): Cahaya Islam di Gelapnya Penjara
Kini, ia menjadi pengelola situs Ndalem Pojok. Areal situs tersebut cukup luas. Bagian depannya terdapat interior Garuda Pancasila berukuran besar.
Sisi sebelah kiri terdapat pendapa. Di bagian tengah, terdapat pohon cempaka berukuran besar yang sudah mati. Namun, batang pohon tersebut diawetkan.
Bangunan di belakang pohon cempaka itulah yang menyimpan jejak Soekarno. Di situ terdapat berbagai peninggalan Sang Putra Fajar.
Ruang yang diperkirakan sebagai tempat perubahan nama Koesno menjadi Soekarno.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (7): Benih Revolusi di Ruang Sempit