Para tamu diberi kebebasan untuk meracik dan melipat popiah mereka sendiri. Menghadirkan suasana makan bersama khas keluarga Fujian.
BACA JUGA:5 Jenis Pizza Khas Italia yang Favorit
“Tradisinya, keluarga duduk bersama, berbagi cerita sambil membungkus popiah sesuai selera. Kami ingin menghadirkan kembali kehangatan itu,” tambah Lam.
Tak hanya dari segi bahan, cita rasa popiah itu juga diperkaya oleh tiga jenis saus pilihan: kecap manis gelap ala Singapura, mustard, dan sambal khas Xiamen.
“Setiap saus membawa pengaruh budaya yang berbeda. Kombinasinya menciptakan pengalaman makan yang lintas-batas namun tetap berakar,” ujar Lam.
BACA JUGA:5 Camilan dari Kentang yang Enak dan Praktis
Salah satu hal yang membedakan popiah di Ming Pavilion adalah penekanan pada unsur umami dan aroma laut khas Fujian.
Popiah, kuliner Xiamen Style di Ming Pavilion Island Shangri-La, Hong Kong.-south china morning post-scmp.com
Serbuk nori dan rumput laut menambahkan rasa asin gurih yang menyatu harmonis dengan manis halus dari kacang. Ditambah kelezatan dari udang harimau yang dimasak sempurna.
Lam mengatakan bahwa popiah itu tidak hanya populer di kalangan komunitas Fujian di Hong Kong. Tidak hanya bagi mereka yang merindukan rasa kampung halaman.
BACA JUGA:Fermented Food, Makanan Asam yang Baik untuk Pencernaan
Tetapi juga disukai oleh warga lokal yang ingin mencicipi pengalaman kuliner autentik. “Rasa popiah itu membangkitkan nostalgia. Dan nostalgia adalah rasa yang paling kuat dalam dunia makanan,” ungkapnya.
Dengan harga 168 dolar Hong Kong atau sekitar Rp. 358 ribu untuk dua potong, popiah gaya Xiamen ala Ming Pavilion bukan sekadar makanan. Melainkan sebuah perjalanan budaya dan sejarah yang dikemas dengan elegansi modern.
Bagi siapa pun yang mengunjungi Island Shangri-La, hidangan itu adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, Fujian dan Hong Kong, keluarga dan kelezatan. Sebuah perayaan rasa yang layak dikenang. (*)