Dialog Kebangsaan UHW Perbanas: Pendidikan Jadi Pondasi Ekonomi Inklusif dan Generasi Emas 2045

Minggu 06-07-2025,13:59 WIB
Reporter : Ghinan Salman
Editor : Taufiqur Rahman

BACA JUGA:Kementerian Ekraf Beri Apresiasi pada Pameran Seni ARTJOG sebagai Wujud Ekonomi Kreatif

“Saat ini kita mungkin masih kalah sama Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat soal PDRB. Tapi target kami, lima tahun ke depan, Surabaya harus masuk tiga besar,” ujarnya.

Ia melanjutkan, Surabaya memiliki visi menjadi kota dunia yang maju, humanis, dan berkelanjutan. Namun, visi itu tidak bisa dicapai tanpa transformasi besar.

Untuk itu, pemerintah kota mulai bekerjasama dengan universitas-universitas di Surabaya, termasuk UHW Perbanas. Tujuannya, menciptakan inovasi, inkubator bisnis, dan sumber daya manusia yang unggul.

“Karena kita nggak bisa lagi mikir lokal. Harus sudah level provinsi, nasional, bahkan internasional,” ujarnya.

Ada 17 tujuan pembangunan berkelanjutan di Surabaya. Beberapa di antaranya adalah mengurangi kemiskinan, menurunkan stunting, meningkatkan Human Capital Index, dan menekan Gini Rasio.

Irvan juga mengakui, masih banyak kesenjangan di masyarakat. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin tertinggal. ”Nah, tugas kita adalah memperkecil jurang itu,” ujarnya. 

Selain masalah domestik, Irvan juga soroti ancaman global. Mulai dari ledakan urbanisasi, eksploitasi sumber daya alam, big data yang bisa menyesatkan informasi, hingga ancaman perubahan iklim dan dinamika geopolitik dunia. 

Karena itu, sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat, dibutuhkan untuk menjawab semua tantangan itu. Termasuk bagaimana universitas bisa menjadi laboratorium sosial dan bisnis.

Alhamdulillah, Surabaya sudah jadi kota sehat. Learning city versi UNESCO. Tapi kita harus terus push. Setiap hari. Supaya siap jadi kota dunia di 2030 nanti,” tuturnya.

BACA JUGA:Pemprov Jatim Tambah Anggaran Rp 43,19 Miliar Sasar 5 Program Penguatan Ekonomi Warga Rentan

BACA JUGA:Sarasehan Bulan Bung Karno, Ketimpangan Ekonomi Jadi Perhatian PA GMNI Jatim

Sementara itu, Pakar Islam Tiongkok Novi Basuki menyoroti pentingnya perspektif global bagi mahasiswa. Terutama dalam menghadapi persaingan ekonomi dan geopolitik yang makin kompleks.

”Generasi muda harus punya pandangan luas. Tidak hanya lokal atau nasional, tapi juga global,” ujarnya.

Novi pun menyampaikan refleksi tentang sistem politik Indonesia dibandingkan dengan negara lain seperti Tiongkok dan Indi. Ia juga menyentil soal kemiskinan yang mungkin sengaja “dipelihara” agar suara rakyat bisa dikendalikan.

Menurutnya, banyak warga Indonesia yang lebih peduli pada masalah ekonomi daripada isu politik besar. Sebab, mereka merasa lima tahun cuma dapat satu hari ‘pesta’. Sementara politisi berpesta setiap hari.

Kategori :