BACA JUGA:Bisnis Lebaran: Dari Kue Kering Hingga Busana Muslim, Mana Paling Untung?
BACA JUGA:Prabowo Apresiasi Dukungan Rusia Sejak Awal Kemerdekaan dan Dorong Kerja Sama di Bidang Pendidikan
“Dialog ini harapannya bisa memberi bekal bagi generasi muda, terutama mahasiswa, agar mereka siap menjadikan Indonesia lebih sejahtera di masa depan,” kata Muljo.
Menurutnya, semangat Bhineka Tunggal Ikaselama ini hanya dianggap sebagai slogan. Padahal, kata dia, itu adalah modal besar bangsa. “Keberagaman itu aset. Bukan penghalang. Ini yang harus tertanam dalam jiwa anak muda,” ujarnya.
Ia juga membandingkan masa lalu dan sekarang. Di tahun 80-an hingga 90-an, Indonesia sempat unggul dibanding negara tetangga.
Namun kini, Singapura dan Tiongkok melonjak pesat. Salah satu akar masalahnya, lanjut Muljo, adalah hilangnya nilai penghargaan terhadap guru. Padahal, katanya, guru adalah arsitek jiwa manusia.
“Dulu, guru datang naik sepeda, kita ambilkan sepedanya, tasnya. Sekarang? Enggak ada lagi. Akibatnya, banyak guru kehilangan motivasi,” tuturnya.
Ia percaya, jika dunia pendidikan tidak diperbaiki, maka masa depan bangsa akan sulit diraih. Karena itu, mahasiswa harus tumbuh di lingkungan yang menghargai ilmu, etika, dan integritas.
Sebagai lembaga pendidikan tinggi, UHW Perbanas pun punya misi untuk mencetak mahasiswa yang unggul, global, dan berintegritas.
Lulusannya didesain untuk tidak sekadar pintar ekonomi atau bisnis. Tapi mereka punya lifestyle kerja yang benar. Punya integritas kuat.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (11): Merantau dan Berhemat demi Pendidikan
BACA JUGA:PLN Tebar Kebahagiaan di Bidang Pendidikan hingga Ekonomi untuk Warga Jawa Timur
Menurutnya, dosen bukanlah karyawan biasa. Mereka adalah profesional yang punya tanggung jawab moral dan intelektual. “Dan itu butuh contoh, butuh keteladanan,” tandasnya.
Menurutnya, manusia tanpa integritas sama dengan nol. Dunia pendidikan, khususnya kampus, harus menjadi tempat melahirkan manusia-manusia berkarakter. “Kalau tidak ada integritas, semua ilmu jadi sia-sia. Karena itu, UHW Perbanas ingin menjadi bagian dari proses itu,” pungkas Muljo.
Ketua Pelaksana Acara Ikhwan Kholid menjelaskan bahwa dialog ini punya pendekatan berbeda dibandingkan acara serupa di tempat lain. “Di sini kita gabungkan dua generasi. Yang akan meneruskan bangsa dan yang sedang membangun pondasi,” ujar dosen Diploma 3 Perbankan dan Keuangan UHW Perbanas itu.
Menurut Ikhwan, selama ini ada kesenjangan antar generasi. Informasi, nilai kebangsaan, hingga visi nasional terasa terputus antara generasi Z, milenial, dan generasi X.