Kamar mendiang Idayu pun masih ada hingga saat ini. Letaknya di ruang tengah. Bersebelahan dengan kamar Soekarmini, kakak Soekarno. Sedangkan lokasi para pejuang bersembunyi, ada di belakang rumah. Di situ terdapat sumur dan kamar mandi klasik.
BACA JUGA:Seri Putra Sang Fajar (15): Asmara Jawa-Bali Bersemi
Sumur tua tersebut masih seperti aslinya. Raden Soekeni, ayah Soekarno, membelinya pada 1917 dari keluarga Belanda bernama CH. Portier. Kintan Parawangsa, guide Istana Gebang mengatakan, "Sumur itu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air keluarga. Tak pernah kering meski kemarau panjang."
Selain sumur itu, Istana Gebang juga memiliki 6 sumur lain. Tersebar di rumah pendamping. Termasuk rumah awal yang dibeli Raden Soekeni di dekat kompleks bangunan Istana Gebang. Di belakangnya adalah dapur dan kamar mandi.
Pintu kamar mandi tersebut seperti gerbang masuk bangunan Eropa. Berbentuk lonjong. Penutupnya adalah besi yang dapat digeser. Di belakang kamar mandi terdapat tanah lapang. Dulu, diperkirakan ditumbuhi rerumputan dan pohon-pohon. Di situlah konon para pejuang itu bersembunyi.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (14): Seteguh Adipati Karno
Tak berapa lama, terdapat kunjungan dari anak-anak dan guru dari SDN Gandekan 4, Blitar, ke Istana Gebang. Berwisata sejarah. Kintan terlebih dulu membawa anak-anak itu ke ruang depan.
Dia menuturkan bahwa ayah Bung Karno berasal dari Tulungagung. "Kalau ibunya Presiden Soekarno asalnya dari Bali. Namanya Ida Ayu Nyoman Rai," katanya.
Anak-anak itu pun terperanjat. "Ha? Dari Bali? Ternyata bundanya Pak Soekarno bukan dari Blitar," kata seorang dari mereka.
Sumur tua yang masih asli. Di belakang sumur itu adalah tanah lapang terbuka. Konon area belakang tersebut pernah digunakan para pejuang untuk bersembunyi.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (13): Raden Soekeni dan Sekolah Ongko Loro
Anak-anak kemudian diajak melihat-lihat ruang keluarga, ruang kamar Soekarmini dan Idayu, juga ruang tidur Bung Karno. Itu menjadi tempat istirahatnya. Baik semasa remaja maupun dalam kunjungan sebagai presiden.
Kunjungan semacam itu penting untuk menumbuhkan wawasan anak-anak. Seno Bagaskoro, politisi muda PDI Perjuangan mengatakan, "Para generasi muda dapat belajar dan mencontoh banyak hal dari diri Bung Karno. Bukan hanya soal nasionalisme dan patriotisme."
Lebih dari itu. Bagi Seno, orang tua Bung Karno memberi kebebasan bagi anaknya untuk berpikir dan mengeksplorasi segala wawasannya lewat olah rasa.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (12): Ploso, Jejak Masa Kecil Soekarno
"Ilmu-ilmu itu dipadukan dengan pengalaman empiris Bung Karno sebagai orang Indonesia. Lalu sampailah pada pemahaman seperti Pancasila, Trisakti, dan lain-lain," tambahnya.