Wapres menyatakan jumlah 208 juta penduduk Indonesia berada dalam usia produktif yang merupakan bonus demografi bagi negara ini. Pemerintah RI harus mempersiapkan demografi yang besar ini setara dengan kualitas yang dihasilkannya.
Belajar dari Boarding School di Dunia
Model boarding school di sejumlah negara membuktikan bahwa pendidikan berasrama dapat menjadi solusi untuk mengembangkan siswa secara utuh, bukan hanya sebagai “penghapal” materi. Jika SR mengadopsi prinsip-prinsip boarding school yang sukses (berisi penguatan karakter, kolaborasi, dan jejaring sosial), maka SR punya peluang besar untuk mencetak generasi muda yang tangguh, mandiri, dan siap bersaing di tingkat nasional maupun global. Sekali lagi, keberhasilan model ini sangat bergantung pada konsistensi kebijakan, dukungan fasilitas, dan keberlanjutan program lintas rezim pemerintahan.
Kita bisa belajar dari Inggris dikenal sebagai pelopor boarding school modern, seperti Eton College, Millfield School, dan Culford School. Kurikulum mereka menyeimbangkan akademik, olahraga, seni, dan kepemimpinan, serta menanamkan nilai-nilai kolaborasi dan kemandirian. Sementara itu boarding school di Amerika Serikat, seperti Phillips Exeter Academy dan Phillips Academy Andover, dikenal dengan pendekatan pembelajaran diskusi (Harkness method) dan penekanan pada proyek kolaboratif. Lulusan mereka banyak yang diterima di Ivy League dan menjadi pemimpin di berbagai sektor.
Kita pun bisa belajar dari India yang menjadikan boarding school sebagai motor mobilitas sosial. Boarding school di India, seperti The Doon School dan Mayo College, tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga membina kepemimpinan, seni, dan olahraga. Banyak alumni yang berhasil menembus universitas internasional, menjadi seniman, atlet, hingga diplomat di PBB. Sekolah-sekolah ini menjadi wahana mobilitas sosial dan transformasi diri bagi siswa dari berbagai latar belakang.
BACA JUGA:Khofifah Tinjau Sekolah Rakyat di Lamongan Sambil Bagikan Sepatu untuk Calon Siswa
BACA JUGA:Sekolah Rakyat Siap Beroperasi Pekan Depan, Anak Jalanan Masuk Prioritas Utama
Agenda ke Depan
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) memegang peran penting dalam membangun kesadaran orang tua bahwa pendidikan bukan hanya soal pencapaian akademik semata, tetapi juga pengembangan kemampuan kolaboratif siswa. Di era yang semakin kompleks dan dinamis, dunia kerja dan masyarakat menuntut generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mampu bekerja sama, berkomunikasi, dan beradaptasi dengan berbagai situasi.
Sayangnya, keberadaan Sekolah Rakyat (SR) yang dikelola oleh Kementerian Sosial sebenarnya menggeser tugas pokok dan fungsi lembaga tersebut, yang memang bukan ahli di bidang pendidikan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa program SR tidak mengganggu kinerja utama Kementerian Sosial dalam menjalankan tugasnya.
Saat ini yang dibutuhkan adalah sinergitas yang baik antara kebijakan pemerintah, sekolah, dan orang tua, di bidang pendidikan dasar dan menengah. Sinergi ini akan mampu menghasilkan generasi Indonesia yang tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga siap berkontribusi dalam masyarakat yang kompleks dan berubah cepat. Wallahu Al’am Bishawab. (*)