Azrul Ananda, putra Dahlan Iskan, memimpin Jawa Pos pada 2005. Sebagai pemimpin redaksi, ia menggantikan Arif Afandi yang terpilih sebagai wakil wali kota Surabaya. Saya menjadi satu di antara tiga redaktur pelaksana (redpel) atau managing editor yang ”mengawal” Azrul mengelola redaksi Jawa Pos. Dua redpel lainnya adalah Kurniawan Muhammad (KUM) dan Fuad Ariyanto (FU).
VISI Azrul untuk fokus menggarap segmen anak muda dan gaya hidup membuat kami para redpel kepontal-pontal (keteteran) menyamakan visi koran yang dikembangkan Azrul. Banyak terjadi dialog hangat di antara kami.
Namun, di sisi lain, kami banyak belajar dari Azrul khususnya dalam menggarap event dan membangun sebuah media berbasis komunitas. Saat Azrul memimpin redaksi Jawa Pos, Pak Dahlan sudah fokus pada pengembangan usaha dan bisnis di luar media.
Usia saya dan Azrul terpaut sekitar empat tahun. Saya kelahiran 1974, Azrul 1978. Bekerja dalam satu tim untuk mengelola redaksi koran terbesar kedua di Indonesia cukup menantang.
PENULIS bersama Azrul Ananda (kanan) di Hotel Fairmont, Jakarta. -TOFAN MAHDI UNTUK HARIAN DISWAY-
Bagi kami, Azrul adalah anak muda yang sangat visioner, sedangkan kami bertiga, khususnya saya dan KUM yang berlatar belakang aktivis mahasiswa, cenderung konvensional.
”Koran itu sudah ada pakemnya dan harus hati-hati mengubah pakem itu,” saya dan KUM sering ngobrol berdua. Ketika memutuskan sebuah berita untuk dimuat di halaman satu, kami sering berbeda pendapat dengan Azrul, tetapi Cak FU yang menjadi penengah. Dinamika yang asyik dan tak pernah kami lupakan.
Sebagai penggemar berat balap mobil Formula One (F1), Azrul meyakinkan kami bahwa segmen pembaca F1 cukup besar dan kelas menengah atas. Karena itu, layak dimuat di halaman satu.
BACA JUGA:Ada Apa dengan Dahlan Iskan dan Jawa Pos? (1): Sukses Membesarkan, tetapi Bukan Pemilik Tunggal
Kami, para redpel, terutama saya, agak sulit memahami bagaimana berita F1 bisa layak dimuat halaman satu dan menjadi foto A (foto utama). Bagi saya, berita olahraga yang layak halaman satu adalah sepak bola, tinju, dan badminton. Dasar ndeso wkwkwkk.
Yang disampaikan Azrul itu benar dan sayangnya hal tersebut baru saya sadari 17–18 tahun kemudian. Saat saya berkesempatan menonton langsung balapan F1 Grand Prix di Singapura pada 2023 dan Qatar pada 2024. Memang tontonan yang luar biasa menarik.
Andaikan saat itu sudah berkesempatan nonton F1, pasti saya juga setuju kalau berita dan foto F1 dimuat di halaman satu. Apalagi kayak sekarang, saat tiba-tiba Team Principle dan CEO Red Bull Racing Christian Horner dipecat.
BACA JUGA:Jawa Pos Adalah Monster
BACA JUGA:Suatu Hari… di Jawa Pos