Ada Apa dengan Dahlan Iskan dan Jawa Pos? (3-Habis): Garap Pembaca Muda di Tengah Disrupsi Media

Minggu 13-07-2025,04:33 WIB
Reporter : Tofan Mahdi*
Editor : Yusuf Ridho

”Layak jadi headline halaman satu,” batin saya sambil tertawa mengingat masa-masa di Jawa Pos dulu. 

Tak hanya tentang F1, Azrul juga mengenalkan dengan konsep media berbasis komunitas dan lebih spesifik lagi menyasar anak muda. Karena itu, berbagai program (kegiatan) berbasis anak muda digarap Jawa Pos seperti Deteksi Basketball League (DBL) dan kompetisi majalah dinding tingkat SMA.

”Sepuluh tahun lagi, saat anak-anak SMA itu sudah memiliki daya beli, mereka tetap ingat Jawa Pos. Mereka akan menjadi pembaca setia dan mungkin di antara mereka akan ada yang menjadi pemasang iklan di Jawa Pos,” jelas Azrul. 

BACA JUGA:Kuasa Hukum Bantah Dahlan Iskan Ditetapkan Tersangka oleh Polda Jatim

BACA JUGA:Dari Taichi Hingga Senam Dahlan: Panggung Penuh Makna Ulang Tahun Harian Disway

Saya paham alur pemikiran Azrul. Masuk akal. Namun, kondisi di masa yang akan datang itu, batin saya, semestinya tidak diasumsikan cateris paribus (hal-hal lain dianggap konstan). 

Saat itu saya teringat satu buku yang pernah saya baca, judulnya The Third Wave (Gelombang Ketiga), karya Alvin Toffler tentang tiga gelombang peradaban manusia: era agraris, era industri, dan era informasi yang ditopang perkembangan teknologi komunikasi. 

Sejarah mencatat, di luar prediksi banyak orang, era informasi datang lebih cepat daripada yang diperkirakan. Terjadi revolusi industri informasi dan telekomunikasi yang mahadahsyat dan industri media cetak di dunia menghadapi disrupsi, termasuk Jawa Pos.

BACA JUGA:Curhat Eri Cahyadi di HUT ke-5 Harian Disway: Pak Dahlan Iskan Guru Saya...

BACA JUGA:Sufmi Dasco-Raffi Ahmad Bertemu Dahlan Iskan di Kantor Disway, Ini yang Dibicarakan

Tahun 2008 saya dipindahtugaskan sebagai pemimpin redaksi Jawa Pos TV (dulu SBO TV), tahun 2009 saya pamit mundur dari Jawa Pos. Hijrah ke Jakarta, atas ajakan seorang teman, bekerja sebagai manajer humas di perusahaan sawit. 

Pengalaman bekerja bareng Dahlan Iskan dan Azrul Ananda menjadi bekal bagi saya untuk merintis karier baru, di dunia baru, dan di industri yang sama sekali baru. Saya tidak mengikuti lagi perkembangan Jawa Pos, hanya terkadang dapat update informasi dari teman-teman. 

Tahun 2010 Dahlan Iskan diangkat sebagai direktur utama PLN dan setahun kemudian menjadi menteri BUMN. Struktur di redaksi Jawa Pos juga banyak berubah setelah saya tinggalkan. 

BACA JUGA:Pesan Dahlan Iskan untuk ICCWA di Perth: Jangan Balik ke Indonesia!

BACA JUGA:Peserta Disway Business Adventure with Dahlan Iskan Vol.2 Siap Jelajahi Wuhan-Chongqing

Azrul mengangkat Leak Koestiya, seorang kartunis, sebagai pemimpin redaksi Jawa Pos. Leak sangat dipercaya Azrul, kariernya pun makin moncer hingga menduduki jabatan sebagai direktur Jawa Pos Koran. Sebuah prestasi yang luar biasa.

Kategori :