Trump-Jepang Sepakat, Saham Otomotif Meledak

Kamis 24-07-2025,13:39 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

“Dengan melindungi hal-hal yang perlu dilindungi, kami melanjutkan negosiasi dengan tujuan mencapai kesepakatan yang sesuai dengan kepentingan nasional Jepang dan Amerika Serikat,” ujar Ishiba.

Namun, tekanan politik tetap ada. Sejumlah laporan menyebut Ishiba tengah mempertimbangkan pengunduran diri pasca hasil pemilu yang buruk.

BACA JUGA:Trump Janjikan Rudal Patriot untuk Ukraina, Ancam Sanksi Ekspor Rusia

BACA JUGA:Trump Kenakan Tarif 30 Persen ke Meksiko dan Uni Eropa Mulai 1 Agustus

Suara publik pun beragam. “Mengecewakan bahwa Jepang tidak bisa bersikap lebih tegas terhadap AS,” ujar Naomi Omura, warga Tokyo berusia 80 tahun. Sementara Tetsuo Momiyama,  81, berkomentar singkat: “Ishiba sudah selesai.”

Di luar Jepang, AS juga mencapai kesepakatan parsial dengan Filipina. Tarif barang dari negara Asia Tenggara itu dipangkas hanya satu poin persentase. Menjadi 19 persen. Ancaman semula: 20 persen.

Trump menyebut Presiden Filipina Ferdinand Marcos sebagai “negosiator ulung.” Meski demikian, juru bicara Marcos, Claire Castro, mengakui tarif nol persen hanya berlaku untuk “pasar tertentu” yang tidak dirinci lebih lanjut.

Bagaimanapun, Filipina menilai dampak kebijakan tarif itu terbatas. Hanya 16 persen ekspor Filipina menuju AS, dan dua pertiganya berupa komponen elektronik yang tidak terdampak.

Kunjungan Marcos ke Gedung Putih juga menegaskan hubungan pertahanan kedua negara yang makin erat, di tengah tensi Laut Tiongkok Selatan.


MOBIL BARU di Pelabuhan Daikoku, Yokohama, 23 Juli 2025. Ekspor mobil melejit setelah pengumuman tarif baru dari AS.-PHILIP FONG-AFP-

Trump, sambil memuji hubungan baiknya dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, mengisyaratkan akan segera berkunjung ke Beijing.

Indonesia sebelumnya disebut sebagai salah satu negara yang telah mencapai kesepakatan dagang dengan AS, meski belum ada detail publik.

Langkah Trump menekan mitra dagang lewat ancaman tarif memang mengundang reaksi beragam. Di satu sisi, pendekatan ini memaksa banyak negara menyesuaikan diri dengan tuntutan Washington. Di sisi lain, ketidakpastian dan pendekatan bilateral yang agresif bisa mengguncang stabilitas sistem perdagangan multilateral.

“Ini adalah momen besar,” kata Tatsuo Yasunaga, Ketua Dewan Perdagangan Luar Negeri Jepang. “Tapi dunia usaha butuh kejelasan lebih lanjut untuk benar-benar menilai dampaknya,” ujarnya. (*)

Kategori :