OPEC+ Genjot Produksi Lagi: Kompak Rebut Pangsa, Tetap Tahan Harga

Senin 04-08-2025,12:45 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

BACA JUGA:Gempa M8,8 di Kamchatka Rusia Bangunkan Gunung Berapi yang Sudah Tidur Selama 450 Tahun

BACA JUGA:Gempa Rusia Picu Peringatan Tsunami Setinggi 50 cm di Indonesia

Analis PVM, Tamas Varga, menilai OPEC+ sedang memainkan akrobat kebijakan: menambah produksi untuk menjaga pangsa, tapi juga harus menghindari jebakan harga rendah. “Kalau harga jatuh, pendapatan mereka ikut hancur,” ujarnya.

Arab Saudi, sebagai aktor paling dominan di OPEC+, punya kepentingan besar menjaga pendapatan. Negeri itu masih menggantungkan anggaran dan proyek diversifikasi ekonominya pada dolar minyak.

Keputusan V8 muncul di tengah ketidakpastian global. Perang dagang kembali membayangi pasar setelah pernyataan kontroversial Presiden AS Donald Trump pada akhir Juli 2025.

Trump memberi ultimatum ke Moskow agar menghentikan perang di Ukraina dalam sepuluh hari. Jika tidak, AS akan menjatuhkan sanksi. Termasuk kemungkinan bea masuk 100 persen atas produk-produk Rusia.


KAPAL TANKER New Odyssey tiba di pelabuhan Qingdao, Provinsi Shandong, 15 April 2025. Kapal itu hendak menurunkan muatan minyak mentah.-AGENCE FRANCE-PRESSE-

India, yang sejak awal tahun menjadi importir utama minyak Rusia, ikut terseret. Sebab, India mengimpor sekitar 1,6 juta barel per hari ke Rusia. “Kami akan kenakan tarif dan semacamnya,” ujar Trump kepada media.

Ancaman Trump itu mengacaukan peta suplai dan permintaan minyak dunia. Namun, analis menilai OPEC+ tak akan bereaksi hanya berdasar tekanan atau kenaikan harga karena risiko politik.

“Selama belum ada gangguan pasokan yang nyata, OPEC+ tidak akan mengubah arah kebijakan,” jelas Staunovo.

Pertemuan OPEC+ berikutnya dijadwalkan pada November 2025. Salah satu agenda utama: evaluasi pemangkasan lama sebesar 3,7 juta barel per hari. Jika kondisi pasar dinilai cukup stabil dan harga tetap di kisaran USD 70, bukan tak mungkin pemangkasan itu akan dibatalkan sepenuhnya.

BACA JUGA:Pekerjaan Bore Pile di Jalur Gumitir dimulai, Diperkirakan akan Memakan Waktu Lima Bulan

BACA JUGA:Pertamina Evakuasi Perwira dari Irak, Pastikan Keselamatan di Tengah Konflik Timur Tengah

Namun, risiko tetap tinggi. Pasar sedang tidak dalam posisi yang mudah ditebak. Ada faktor geopolitik. Ketergantungan global pada minyak mentah juga mulai diganggu oleh tren energi terbarukan dan transisi hijau di berbagai negara.

Bagi OPEC+, kali ini bukan hanya soal menambah atau mengurangi pasokan. Ini soal bertahan hidup dalam industri yang semakin tidak pasti.

Kenaikan produksi oleh OPEC+ bukan sekadar soal geopolitik atau pasar global. Ia juga menyentuh dapur fiskal negara berkembang seperti Indonesia.

Kategori :