Minggu, 24 Agustus 2025, sekitar pukul 15.30 WIB, pelaku eksekutor inisial C ditangkap di Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara. Senin, 25 Agustus 2025, sekitar pukul 20.15 WIB, tiga pelaku eksekutor lainnya berinisial DH, YJ, dan AA ditangkap di Solo, Jawa Tengah. Total delapan tersangka.
Salah seorang tersangka eksekutor, inisial DH, adalah pengusaha Dwi Hartono, 40. Bisnisnya bimbingan belajar online. Namun, dari medsosnya, Dwi mengaku punya banyak usaha. Antara lain, bidang properti, perkebunan, trading, pendidikan, fashion, skincare, dan e-commerce.
Dwi, melalui medsosnya, mengunggah ia lahir di Lahat, Sumatera Selatan, 6 Oktober 1985. Ia berbisnis sejak kuliah. Antara lain, membikin warung internet (warnet), rental game online, PlayStation, coffee shop, dan warung Tegal. Ia juga founder dan owner Guruku.com.
Identitas Dwi Hartono dibenarkan polisi. Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Abdul Rahim saat dikonfirmasi wartawan mengatakan, ”Benar. Mereka aktor intelektual.”
Diduga, Dwi dendam kepada korban Ilham. Ada info lain, Dwi mengajukan kredit fiktif kepada Ilham selaku kepala Kantor Cabang Pembantu BRI Cempaka Putih. Namun, Ilham menolak. Kredit fiktif adalah kredit bank, pihak debitur tidak memenuhi syarat kredit, tetapi kredit tetap cair. Umumnya kerja sama dengan karyawan bank yang memberikan utang.
Diduga, Dwi membayar empat debt collector Rp50 juta untuk mengambil paksa Ilham dari Lottemart. Kemudian, lham dibunuh dan mayatnya dibuang di persawahan itu.
Hal tersebut diungkapkan Adrianus Agal, kuasa hukum tersangka inisial EW alias Eras Musuwalo, saat mendatangi Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin, 25 Agustus 2025. Katanya, ”para tersangka pengambil dijanjikan dibayar sekitar Rp50 juta. Baru dikasih DP separuhnya.”
Menurutnya, empat tersangka pengambil, termasuk klien Adrianus, tidak tahu bahwa Ilham bakal dibunuh orang yang menyuruh. Empat pria pengambil menculik Ilham dari area parkir Lottemart, lalu menyerahkannya kepada empat pria eksekutor yang ditangkap polisi kemudian.
Adrianus: ”Korban diserahkan oleh para pengambil kepada eksekutor inisial F di Jakarta Timur. Setelah itu, para pengambil pulang. Tugasnya selesai.”
Dilanjut, setelah para pengambil menyerahkan korban kepada F, Eras dkk pulang. Namun, berselang beberapa jam setelah itu, Eras dkk dipanggil lagi untuk mengantar pulang korban.
Adrianus: ”Nah, pada waktu klien kami ketemu lagi, di situlah bahwa mereka melihat korban ini sudah tidak bernyawa lagi.”
Dilanjut: ”Kalau empat pengambil tahu bahwa ini berujung pada pembunuhan, tentu mereka akan menolak. Kami orang Katolik, tidak mungkin menyetujui pembunuhan.”
Rumitnya, Adrianus sudah mengajukan minta perlindungan untuk kliennya kepada panglima TNI dan kepala Polri. ”Sebab, ada oknum inisial F yang terlibat sebagai eksekutor. Maka, kami minta perlindungan.”
Ia tidak menyebutkan, F oknum dari instansi mana, TNI atau Polri? Namun, inisial F tidak ada dalam daftar delapan tersangka yang sudah ditangkap.
Wartawan belum mendapat konfirmasi keterlibatan oknum F dari pihak berwenang. Polisi cuma menyatakan masih mendalami perkara itu. Kelihatannya kasus ini rumit.
ari keterangan beberapa pihak itu, motif perkara masih simpang siur. Warganet ramai berspekulasi tentang motif. Juga, tentang sosok Dwi Hartono. Polisi tenang-tenang saja. Masih mendalami. (*)