AWAL abad ke-20, nasionalisme Indonesia lahir dan tumbuh melalui teks. Para pemuda terpelajar menyalurkan keresahan dan harapan untuk merdeka melalui pamflet, artikel, hingga karya sastra. Pena menjadi medium lahirnya imajinasi kolektif tentang ”Indonesia” yang saat itu belum ada di peta politik dunia.
Benedict Anderson menyebutnya sebagai imagined community, sebuah bangsa yang hadir kali pertama dalam wacana cetak. Media cetak Medan Prijaji milik Tirto Adhi Soerjo yang beredar di Bandung tahun 1907–1912 menjadi ruang untuk pertama dapat membayangkan ”Indonesia” secara kolektif.
Seiring perubahan zaman, ekspresi kebangsaan mengalami metamorfosis. Memasuki abad ke-21, nasionalisme tidak lagi hanya melalui surat kabar atau buku, tetapi mewujud dalam unggahan di media sosial.
BACA JUGA:Refleksi HUT Ke-80 Kemerdekaan RI: Globalisasi dan Imunitas Nasionalisme Kita
BACA JUGA:Gaduh Blokir Rekening: Uang Bukanlah Entitas yang Tunduk pada Nasionalisme
Bendera di foto profil, tagar, hingga video 15 detik di TikTok menjadi simbol baru cinta tanah air. Pesan kebangsaan dapat menjangkau jutaan orang dalam hitungan detik.
Perubahan itu bukan sekadar peralihan medium –dari cetak ke digital– melainkan juga transformasi filosofis tentang bagaimana nasionalisme dihayati dan dipraktikkan.
Di sanalah gagasan Jean Baudrillard, filsuf Prancis yang banyak membahas media, simulasi, dan hiperrealitas, menawarkan kacamata kritis.
BACA JUGA:Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Nasionalisme yang Memberdayakan Sumber Pangan Lokal
BACA JUGA:Refleksi Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2024: Pemuda dan Nasionalisme Organik
Berangkat dari kegelisahannya terhadap dunia modern yang dibanjiri gambar, tanda, dan simbol –mulai foto dan iklan hingga berita yang beredar tanpa henti– tidak lagi sekadar menyalin kenyataan, tetapi juga membentuk kenyataan baru.
Media tidak hanya menyampaikan realitas, tetapi juga menciptakan simulasi yang perlahan-lahan menggantikan realitas itu sendiri.
SIMULASI DAN HIPERREALITAS DALAM NASIONALISME DIGITAL
Baudrillard memetakan perkembangan tanda dalam tiga tahap.
BACA JUGA:Peran Media Digital dalam Membangun Rasa Nasionalisme dan Bela Negara