”Mengakibatkan hukum bisnis tidak kekal/tidak pasti. Jadi, peganglah Al-Qur’an, kemudian diimplemantasikan dalam suatu perilaku, mengikuti perilaku Rasululah SAW,” kata Khairil.
Keteladanan perilaku Rasulullah itu menjadi dasar tindakan, semangat, motivasi, sehingga kapasitas dan pemahaman dalam berbisnis dapat berkembang dan bertambah.
Berdasarkan pengalaman berkarier di PLN dari nol hingga menjadi pejabat sebagai kepala Cabang Pinrang PT PLN (Persero) VII (2000–2004), Khairil menyimpulkan setidak-tidaknya ada sembilan modal sebagai bekal dalam menghadapi tantangan mencapai karier sukses.
PERTAMA, punya dasar hukum/fikih, yakni Al-Qur’an.
KEDUA, perilaku harus mengedepankan norma adab, kesantunan sebagaimana diteladankan Rasulullah.
KETIGA, meyakini bahwa Allah menciptakan kapasitas orang per orang sama, namun untuk sukses, Allah memberikan petunjuk lewat Al-Qur’an. Artinya, Allah memberikan modal dasar kepada kita mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan hati untuk bersyukur (dengan ikhlas).
”(Sebagaimana) Allah berfirman dalam surah Nahl ayat 78, yang artinya, Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kami pendengaran, penglihatan, dan hati”,” papar Khairil. Tapi, kenapa ada yang sukses dan ada yang tidak sukses?
Yang sukses, lanjut Khairil, karena selalu berpikir positif. Selalu bersyukur setiap menghasilkan sesuatu. Ketika gagal, dia ikhlas, sehingga bisa bersabar. Meyakini kegagalan diuji Allah, untuk menghapus dosa. Karena itu, ia mudah bangkit. Kemudian, bangkit lagi.
”Sebaliknya, kalau terbelenggu (tidak ikhlas) atas suatu kegagalan, gagal lebih dalam lagi dan tidak bisa bangkit,” tutur Khairil.
Walau begitu, Khairil memperingatkan, semua potensi kapasitas itu masih memiliki celah potensi ancaman gagal jika tidak disertai sikap waspada dan kehati-hatian.
”Pengalaman saya ketika menjalankan organisasi (PLN Batubara), saya hanya fokus pada modal (kapasitas) diri sendiri tadi, tidak fokus adanya ancaman dari luar,” ungkap Khairil.
Padahal, lanjut dia, firman Allah sudah mengingatkan dalam surah Al-Hujurat ayat 12. Artinya, ”... jauhilah banyak prasangka (buruk). Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah sekali-kali mencari kesalahan orang lain, dan janganlah di antara kamu menggunjing....”.
Firman Allah itu mengingatkan kita bahwa ada sebagian dari manusia yang punya potensi mencari cari kesalahan orang lain, bahwa ada orang yang selalu berprasangka buruk kepada orang lain.
”Peringatan Allah ini seharusnya dijadikan waspada tentang adanya ancaman kepada kita. Sehingga, bisa menjaga diri yang baik. Pandangan orang kepada kita bisa kita minimalkan dengan perilaku yang baik,” kata Khairil.
Di dalam praktik, kata Khairil, di dunia usaha atau bisnis tidak ada hitam putih. Semua selalu berubah. Di tengah-tengah adalah wilayah ”subhat” atau ”abu-abu”. Agar tidak terdampak gagal (usaha) karena pengaruh penilaian dari luar, kehati-hatian sangat penting.
Bagaimana bisa melihat keabu-abuan untuk mengambil suatu putusan. Keabu-abuan bisa diinventarisasi risikonya, kemudian dokumennya disimpan dengan baik, diambil langkah-langkah antisipasi jika risiko tersebut terjadi sehingga dapat memitigasi atau mengurangi risiko tersebut.