Empati yang Hilang: Membaca Pesan di Balik Gelombang Demo

Kamis 04-09-2025,22:03 WIB
Oleh: Ramadhan Pohan*

INDONESIA jelas sedang tidak baik-baik saja. Demo membara di mana-mana. Akumulasi kemarahan masyarakat terhadap rezim yang berkuasa, baik itu dari legislatif, eksekutif, dan yudikatif, tak bisa ditampung lagi. 

Analisis penulis, demo tersebut punya substansi yang lebih besar dari demo besar reformasi tahun 1998. Dulu kemarahan diarahkan kepada sekelompok pengusaha dengan etnis atau ras tertentu. Kini kemarahan diarahkan kepada semua elemen trias politica.

Eksekutif, kita semua tahu, banyak kebijakan yang di luar nalar. Memaksakan pembangunan IKN di tengah kondisi ekonomi yang lesu, melanjutkan program makan bergizi gratis di tengah defisit APBN, hingga pungutan pajak dari berbagai hal dan aktivitas yang bisa dipajaki. 

BACA JUGA:Menangani dan Unjuk Rasa Empati

BACA JUGA:Makin Redupnya Lentera Empati Gedung Senayan

Jangan lupakan juga, uang pajak tersebut selain digunakan untuk membiayai program yang dampaknya masih nihil, juga masuk kantong pribadi pejabat nakal.

Yang masih hangat, para legislator kita memperoleh tunjangan yang nilainya fantastis. Mereka mewakili rakyat, tetapi berada begitu jauh dari kondisi rakyat yang mereka wakili. 

Hal yang paling menyebalkan, mereka berjoget ceria ketika pengumuman tunjangan saat pidato kenegaraan presiden pada peringatan 17 Agustus lalu. Mereka seakan menyimbolkan, materi adalah tujuan utama duduk sebagai wakil rakyat. 

BACA JUGA:Kenaikan Tunjangan DPR RI, Joget di Senayan, dan Krisis Empati Sosial

BACA JUGA:5 Cara Mengajarkan Empati pada Anak

Ketika mendapatkan hal tersebut, mereka berjoget, berselebrasi, seperti pemain sepak bola yang berselebrasi ketika mencetak gol.

Para penegak hukum juga menjadi pemicu amarah masyarakat. Seorang driver ojol tewas dilindas oleh rantis Brimob saat aksi demo. Mereka yang seharusnya bertugas untuk menjaga keselamatan dan keamanan setiap nyawa warga negara Indonesia malah merenggutnya. 

Ratusan juta rakyat berdukacita atas meninggalnya Affan Kurniawan di tengah mahasiswa dan segala lapisan rakyat memperjuangkan keadilan dalam demonstrasi lalu.

BACA JUGA:Paradoks Empati terhadap Koruptor: Mempertaruhkan Logika Keadilan dan Moralitas Negara

BACA JUGA:Refleksi Ramadan: Berharap Kepemimpinan Indonesia yang Lebih Empatik

Kategori :