HARIAN DISWAY - Israel menyatakan akan menargetkan dan membunuh pemimpin Hamas pada kesempatan berikutnya, jika mereka selamat dari serangan udara yang menghantam ibu kota Qatar, Doha, pekan ini.
Pernyataan keras itu disampaikan setelah operasi militer Israel gagal menewaskan tokoh utama Hamas yang menjadi sasaran.
Yechiel Leiter, duta besar Israel untuk Amerika Serikat, menegaskan bahwa negaranya tidak akan berhenti sampai kepemimpinan Hamas benar-benar dilenyapkan. “Jika mereka selamat kali ini, mereka tidak akan selamat di lain waktu,” ujarnya.
Serangan yang dilancarkan Israel menargetkan sebuah kompleks di Doha yang diyakini menjadi lokasi persembunyian pejabat senior Hamas. Meski begitu, Hamas mengklaim para pemimpin mereka lolos.
Lima orang dilaporkan tewas, termasuk anak dari Khalil al-Hayya, tokoh senior Hamas yang hidup dalam pengasingan di Qatar.
BACA JUGA:Israel Serang Doha dan Sana’a, Puluhan Warga Sipil Tewas
BACA JUGA:Israel Hancurkan Menara Sousi di Gaza, Warga Hanya Diberi Waktu 20 Menit Evakuasi
Israel menyebut operasi ini sebagai balasan atas serangan Hamas di Yerusalem pada awal pekan, yang menewaskan enam warga sipil di sebuah halte bus.
Pemerintah Israel menegaskan bahwa siapa pun yang terlibat dalam tindakan yang merugikan keamanan mereka akan terus dikejar, tanpa memandang lokasi.
“Tidak ada tempat yang aman bagi Hamas. Mereka adalah target sah di mana pun mereka berada,” kata Leiter.
Langkah Israel menimbulkan dampak diplomatik serius karena Qatar merupakan mediator penting dalam upaya gencatan senjata Gaza.
Pemerintah Qatar menyatakan kemarahan atas serangan tersebut dan tengah mempertimbangkan langkah pembalasan. Doha juga melakukan komunikasi intensif dengan mitra regional serta Amerika Serikat untuk membahas konsekuensi politik dan keamanan dari serangan itu.
BACA JUGA:Protes Massal di Israel: Desak Trump Akhiri Perang dan Bebaskan Sandera
BACA JUGA:Pasukan Israel Minta Warga Gaza Segera Mengungsi ke Selatan
Amerika Serikat, sekutu utama Israel, turut menanggapi keras. Presiden Donald Trump disebut melakukan percakapan panas dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, memperingatkan bahwa serangan di Qatar adalah