BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber
Tren serupa terlihat pada produk Tiongkok lain. Di New York, teh berlabel “Oriental Leaf” dipasarkan sebagai minuman sehat. Di London, gerai HeyTea berdiri di dekat British Museum, menggabungkan desain modern dengan estetika tinta Cina. Di asrama mahasiswa Eropa, saus cabai Lao Gan Ma berubah menjadi bumbu wajib yang dituangkan ke spaghetti atau ramen.
Produk-produk itu memperlihatkan pola serupa. Tkspor Tiongkok kini tidak lagi sebatas barang murah tanpa merek, tetapi produk bernilai tinggi yang membawa narasi budaya.
Bahwa pergeseran ini menggambarkan Tiongkok yang tidak lagi hanya menjadi “pabrik dunia”. Kini, negeri itu perlahan menjadi penentu selera global. Dari kuliner hingga gaya hidup, dari teh hingga saus cabai, dari mi bau siput hingga minuman kekinian. Semua menunjukkan arah baru.
Industri manufaktur Tiongkok saat ini bergerak dalam sinergi lintas bidang. Pengolahan pangan bertemu dengan inovasi logistik, pemasaran digital, hingga perlindungan warisan budaya.
DAPUR No. WANG tempat pada jurnalis peserta prgram CIPCC meracik lousifen.-Doan Widhiandono-
Ketika semua itu disatukan, lahirlah produk dengan daya tembus lintas negara. Luosifen adalah studi kasus paling nyata.
Dari sisi bisnis, luosifen adalah kisah tentang bagaimana inovasi kecil di teknologi pangan dan strategi logistik bisa melahirkan industri besar. Dari sisi budaya, ini adalah cerita tentang bagaimana selera lokal bisa diterima global tanpa harus melebur ke standar rasa umum. Dan dari sisi diplomasi, ini adalah bukti bahwa kuliner bisa menjadi jembatan antarbangsa. (*/bersambung)