Suami Istri Saling Cemburu, Suami Bunuh Istri: Gegara Telepon HP

Selasa 30-09-2025,05:33 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

BACA JUGA:Pembunuhan Bocah 5 Tahun Akibat Cinta Segitiga: Cemburu Bisa Membunuh

Walker adalah guru besar psikologi di Nova Southeastern University, Amerika Serikat (AS).

Jadi, riset itu hasil uji silang gaya berpikir dua ilmuwan, Barat (Walker) dan Timur (Kandasamy). Tujuan riset, menganalisis KDRT pada aspek fisik, psikologis, dan sosial. Tujuan akhirnya menjadi pelajaran masyarakat.

Hasil riset, pria penganiaya istri adalah pria manipulatif, baik disadari pelaku atau tidak. Ia menggunakan taktik untuk mengendalikan istri sepenuhnya sehingga terjadi KDRT berulang. 

BACA JUGA:Cemburu Mematikan Pedagang Semangka

BACA JUGA:Cemburu Suami Siri, Tikam Mati Istri

Taktiknya adalah tiga fase berulang yang diurai dalam teori Walker: membangun ketegangan, penganiayaan akut, dan fase bulan madu.

Membangun ketegangan, pelaku sengaja membangun ketegangan dengan istri. Selanjutnya, penganiayaan akut. Kemudian, fase bulan madu, pelaku minta maaf kepada korban. Namun, siklus itu terus berulang. 

Novel Kandasamy halaman 138, pelaku (suami Kandasamy) mengatakan: ”Kita tak terpisahkan. Tak ada paksaan yang boleh memisahkan kita. Kaulah istriku yang cantik. Istriku yang sempurna. Kita sempurna.”

Halaman 142, narasi korban: ”Saya rasa pukulan atau cambukan ikat pinggangnya tidak akan membuat saya merasa bersalah. Bagi saya, yang saya rasakan kini hanya nikmatnya pemberontakan, kenyamanan dari kata-kata yang telah lama terlupakan yang kini membuat saya merasa aman, merasa dicintai.” 

Tapi, kemudian suami menganiaya istri lagi. Hasil riset menunjukkan bahwa siklus kekerasan teori Walker mencerminkan strategi pelaku dalam menjebak korban ke dalam hubungan yang abusif. 

Hal lainnya, kekerasan laki-laki terhadap perempuan tidak hanya sebagai ekspresi kekuasaan dan superioritas laki-laki atas perempuan, tetapi juga oleh konvensi sosial yang memungkinkan laki-laki mendominasi perempuan. 

Walker mengakui bahwa perempuan yang menjadi korban kekerasan tidak hanya menjadi korban pelaku kekerasan, tetapi juga korban budaya patriarki yang tidak menyadari penderitaan mereka. 

Teori Walker halaman 98: ”Saya melabeli perempuan korban KDRT karena saya percaya bahwa masyarakat, melalui definisinya tentang peran perempuan, telah meyakini bahwa perempuan tidak punya pilihan selain menjadi korban seperti itu.” 

Teori Walker tergambar di novel Kandasamy, saat ortu Kandasamy bilang begini: 

”Jika kamu (Kandasamy) memutuskan pernikahanmu, semua orang di kota akan mengejekku. Itu akan tecermin pada didikanmu. Didikan ayah terhadap seorang anak perempuan. Itu adalah jenis hukuman khusus. Kami akan membayar harganya. Tolong, pikirkan kami sekali ini saja.”

Kategori :