Peluncuran Buku Seribu Gagasan Omah Ndhuwur, Hadirkan Perspektif Kritis tentang Kampung Bangunrejo

Rabu 15-10-2025,21:44 WIB
Reporter : Fitri Aprilia Alfina*
Editor : Guruh Dimas Nugraha

“Perempuan ketika mengandung, dia sudah berbagi tubuh. Dari situ dia berbagi napas, berbagi nutrisi. Itulah sisi kepedulian atau ethic of care yang hanya dimiliki perempuan,” ungkapnya. 

Selain itu, terdapat gagasan dari Dr Siti Aminah, akademisi yang telah lama tinggal bersebelahan dengan desa Bangunrejo. 

BACA JUGA: Dari Peluncuran Buku Kisah-Kisah Menyentuh Shanghai Cooperation Organization (1): Tantangan Jadi Pencerita yang Jujur

BACA JUGA: Peluncuran Buku Ramadan Tak Terlupakan: Talk Show Plagiarisme dari Perspektif Hukum HKI dan Pidana

Dia menekankan adanya stigma terhadap masyarakat pinggiran. Stigma itu secara tidak disadari telah tertanam sejak lama di masyarakat. Baik karena orientasi seksual atau pekerjaannya. Termasuk bagi para warga Bangunrejo pada masa lalu.


Potret Emma Alfa Nadia, Siti Aminah, Dr. Probo Darono Yakti, dan Abdoel Semute sebagai pembicara dalam rangkaian acara peluncuran buku Seribu Gagasan Omah Ndhuwur-Afif Siwi Al Azzam-Harian Disway

Dosen Ilmu Politik Unair itu menekankan bahwa ruang geografis seperti Bangunrejo bukan hanya menunjukkan peminggiran secara lokasi. Melainkan juga menumbuhkan stigma terhadap masyarakatnya.  

“Ruang geografis itu sudah terkotak-kotak. Dulu, kalau ada orang berpakaian kurang sopan atau kurang patut, disebut sebagai 'anak BR',” ungkapnya. 

Dengan inisiatif-inisiatif saat ini, perlahan-lahan stigma itu dapat dihapus. Kini, tak ada lagi penghakiman atau judgement. Kampung Bangunrejo telah tumbuh menjadi kawasan kreatif yang hidup.

BACA JUGA:Pecahkan Rekor Muri! SMA/SMK Jatim Luncurkan 1.580 Buku

BACA JUGA:8 Rekomendasi Buku untuk Memahami Gerakan 30 September 1965

Proses kreatif penyusunan buku Seribu Gagasan Omah Nduwur tidak lahir dalam ruang-ruang formal. Melainkan tumbuh dari obrolan santai sambil ngopi. Itu yang kemudian memunculkan gagasan atau ide bersama membuat buku. 

Diinisiasi oleh Dr. Probo Darono Yakti, S.I, M.I, pembuatan buku itu bertujuan untuk menyebarkan kebaikan dan manfaat bagi semua lapisan masyarakat. 

Dan dengan hadirnya buku Seribu Gagasan Omah Ndhuwur, suara-suara dari masyarakat terpinggirkan akhirnya menemukan ruangnya. Artinya, harapan dan perubahan bisa lahir dari tempat-tempat yang dulu dianggap sebelah mata. Bahkan diabaikan. (*)

*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya.

Kategori :