Kesuksesan itu menjadi pijakan bagi misinya yang lebih besar: mengembalikan kejayaan seni Tiongkok melalui koleksi pribadi.
Ia berkeliling Jepang untuk mencari karya para maestro Tiongkok. Bahkan tak segan mengeluarkan biaya besar demi menyelamatkan benda-benda seni dari tangan kolektor asing.
BACA JUGA:Pameran Lukisan Ya Jagadku Ya Jagadmu, Eksplorasi Jagad Dua Perupa
BACA JUGA:5 Permainan Tradisional yang Bisa Jadi Aktivitas Seru Bareng Teman
Dari Koleksi Pribadi ke Warisan Nasional
Pada dekade 1950-an, Ching sempat mengunjungi Tiongkok daratan untuk mencari rumah permanen bagi koleksinya. Namun, keinginannya baru terwujud puluhan tahun setelah wafatnya pada 1965.
Pada tahun 2000, dua anaknya, Alfredo Ching dan Rita Ching Tan, akhirnya menepati wasiat sang ayah. Mereka menyumbangkan 233 karya dari koleksi Liangtuxuan ke Shanghai Museum.
Nama Liangtuxuan, yang berarti “studio dua kebingungan”, diambil dari nama studio pribadi Ching. Studio itu kini diabadikan sebagai galeri khusus di museum tersebut.
Dengan pembukaan Shanghai Museum East, ruang pamer Liangtuxuan di lokasi utama People’s Square juga diperluas dan direnovasi.
BACA JUGA:Museum Shanxi di Tiongkok Gelar Pameran Seni Patung Yunani dan Romawi Kuno
BACA JUGA:Drama Tari Boddhisatva Tangan Seribu Versi Baru Sambut Tahun Baru di Shanxi, Tiongkok
Koleksi itu kini disajikan dalam format yang lebih terorganisir. Menampilkan karya-karya dengan rotasi berkala agar seluruh 233 karya dapat dinikmati publik.
Lukisan Langka dari 800 Tahun Sejarah
Koleksi Liangtuxuan mencakup karya dari lebih dari delapan abad sejarah seni Tiongkok. Mulai dari Dinasti Song (960–1279), Ming (1368–1644), Qing (1644–1911), hingga masa modern.
Menurut Ling Lizhong, Direktur Departemen Lukisan dan Kaligrafi Shanghai Museum, koleksi tersebut memperkaya arsip nasional. Karena mencakup genre dan gaya yang sebelumnya jarang dimiliki museum.
Salah satu karya tertua dalam koleksi itu adalah lukisan gulung tangan dari masa Dinasti Song. Menggambarkan sebuah kuil di pegunungan pada musim gugur.
BACA JUGA:Duan Yiran dan Lu Yinkai, Dua Seniman Muda yang Menjaga Warisan Budaya Tiongkok di London
BACA JUGA:Mengenal Xun, Seruling Tradisional dari Tanah Liat yang Jadi Inspirasi Musik Modern Tiongkok