BACA JUGA:Pembunuhan-Pemerkosaan Gadis Terborgol di Cisauk, Tangerang: Waspadai Pacar Toksik
Pengakuan itu terbukti tidak signifikan sebagai motif. Sampai, polisi memeriksa semua saksi dan alat bukti hukum lainnya. Ketemulah bukti baru itu.
Di kasus ini polisi bekerja keras mengungkap pembunuhan. Pengakuan pelaku diuji silang dengan aneka bukti, dikaitkan dengan rekonstruksi, membongkar kebohongan.
Dikutip dari American Psychological Association (APA), 1 Maret 2016, berjudul Deception Detection karya Laura Zimmerman, dipaparkan berbagai teori para ahli kriminologi tentang mendeteksi kebohongan pelaku kejahatan, khususnya pembunuhan.
BACA JUGA:Pemerkosa Anak Mati di Tahanan Depok
Disebutkan, dulu (sekitar seabad lalu) polisi di Amerika Serikat (AS) mendeteksi kebohongan tersangka dengan teori psikologi yang ada saat itu. Bahwa, pembohong akan menunjukkan isyarat berbasis stres karena mereka takut ketahuan.
Tanda-tanda fisik, antara lain, tersangka menghindari tatap mata dengan penyidik. Bibir bergetar. Menggosok tangan. Saat duduk, kaki selalu bergoyang.
Secara ekstrem, film Pinokio produksi Walt Disney dirilis di sana 23 Februari 1940. Menggambarkan tokoh Pinokio yang setiap berbohong hidungnya bertambah panjang.
Itu zaman dulu. Terbukti, teori itu sering meleset. Polisi cuma menduga-duga. Bagai melempar mata uang logam ke Udara. Hasilnya 50:50.
Pada masa berikutnya bermunculan teori-teori yang mematahkan teori lama itu.
Prof Ray Bull, guru besar investigasi kriminal di University of Derby di Derby, Inggris, mengatakan:
”Pembohong menghadapi dilema. Mereka harus mengarang cerita untuk menjelaskan waktu terjadinya kejahatan. Tetapi, mereka tidak yakin, bukti apa yang dimiliki pewawancara untuk memberatkan mereka.”
Bull meriset teknik wawancara investigasi kriminal yang mendorong tersangka untuk berbicara, sementara pewawancara perlahan-lahan mengungkapkan bukti.
Contohnya, penyelidik menahan bukti hingga akhir wawancara dengan tersangka. Itu untuk memberikan ruang bagi tersangka yang bersalah untuk berbohong secara terang-terangan, misalnya, dengan menyangkal berada di area kejahatan.
Ketika pewawancara mengungkapkan bukti yang menunjukkan tersangka ada di sana, tersangka bakal kaget. Namun, tersangka tetap berusaha keras untuk membuat kebohongan lain. Jika tidak bisa, ia atau mengatakan yang sebenarnya terjadi.
Sekarang, tersangka mengakui berada di area tersebut. Namun, ia tetap menyangkal kejahatan tersebut.