Reformasi Tata Kelola BUMN: CEO Asing atau Efisiensi, Mana Yang Lebih Urgen?

Senin 27-10-2025,06:33 WIB
Oleh: Sukarijanto*

Pada tahun yang sama, sepuluh BUMN tersebut membukukan laba bersih Rp283,6 triliun atau 93,3 persen dari total laba bersih seluruh BUMN pada 2024, yaitu Rp304 triliun (Kementerian BUMN, November 2024). 

Di luar sepuluh BUMN andalan tersebut, ratusan BUMN lainnya kini masih terpaksa masih ”disusui” karena mencatatkan kinerja keuangan yang tidak menggembirakan meski tidak disebut merugi. 

Konsekuensinya, pemerintah terpaksa masih harus melakukan kebijakan subsidi silang dari BUMN yang surplus ke yang defisit maupun melalui skema injeksi modal atau ekuitas (bailout).

BACA JUGA:Tok! DPR RI Ganti Kementerian BUMN Jadi Badan Pengaturan

BACA JUGA:Bukan Kementerian BUMN, Ini Alasan DPRD Surabaya Temui Danantara soal Lahan Pertamina

 

Hal itu tampak jelas dari raut kekecewaan Presiden Prabowo ketika mencermati sejumlah korporasi pelat merah yang mengguyur para eksekutifnya dengan fasilitas gaji fantastis, berbagai bonus, dan tantiem yang amat menggiurkan meski kinerja keuangan perusahaan merugi. 

Dengan demikian, sangat boleh jadi, tebersit keinginan presiden kedelapan RI itu untuk memangkas jumlah perusahaan pelat merah demi menciptakan efisiensi dan membuka ruang partisipasi talenta asing untuk mengisi jabatan puncak di BUMN yang diharapkan membawa angin segar menuju perubahan organization culture

BECERMIN PADA TIONGKOK 

 

Di era VUCA (vulnerability, uncertainty, complexity, and ambiguity) yang sulit diprediksi dewasa ini, kemampuan beradaptasi di segala kondisi menjadi salah satu kompetensi paling signifikan bagi seorang pemimpin organisasi bisnis. 

Dunia teknologi, bisnis, dan dinamika lingkungan kerja terus berkembang dengan cepat, menuntut kepiawaian seorang pemimpin untuk bertindak adaptif, fleksibel, dan inovatif dalam menghadapi tantangan yang selalu berubah cepat. 

Menurut pandangan Ron Heifetz, profesor ilmu kepemimpinan dari Universitas Harvard, kepemimpinan adaptif adalah kemampuan seorang pemimpin organisasi untuk mengadaptasi diri terhadap perubahan akseleratif yang terjadi, baik lingkungan internal maupun eksternal organisasinya. 

Dengan begitu, seorang pemimpin harus mampu menavigasi dan merespons dengan kreatif bagaimana mengidentifkasi serta mengubah tantangan menjadi peluang. 

Output dari buah kepemimpinan adaptif adalah mampu me-leverage sumber daya manusia, kapital, dan operasi ditransformasikan menjadi keuntungan organisasi, baik berupa laba bersih, dividen, maupun melejitnya corporate value

Analisis benchmarking, yang dilakukan Fortune Asia 2024 terhadap sejumlah korporasi BUMN di tingkat Asia, menyajikan hasil riset berdasar key performance indicator (KPI) berbasis besaran aset, daya saing, dan kinerja finansial. 

Kategori :