Teknologi juga digunakan untuk memahami bagian dalam tembok yang terbuat dari tanah padat. Dengan metode geofisika menyerupai pemindaian medis CT-scan, para ahli dapat melihat rongga dan celah di dalam tembok.
Hasilnya membantu melakukan perbaikan yang tepat sasaran, tanpa merusak keaslian bangunan. Beberapa proyek bahkan menghasilkan paten dan hak cipta perangkat lunak. Itu menandai peran penting inovasi digital dalam perlindungan warisan budaya.
Seorang anak berlari di tembok kota kuno di Xi'an, Provinsi Shaanxi, Tiongkok barat laut, 12 September 2025.-Zhu Weixi-Xinhua
“Kekhawatiran terbesar kami adalah penumpukan air,” jelas Gao Heng, kepala departemen perlindungan peninggalan budaya di Komite Pengelola Tembok Kota Xi’an.
Ia mengatakan, “Jika air meresap ke batu bata, bisa merusak tanah padat di dalamnya. Karena itu, setiap kali hujan, kami langsung melakukan inspeksi.”
BACA JUGA:Jelajah Hong Kong bersama HKTB (19): Jadi Jarvis, Membasmi Hydra
BACA JUGA:Jelajah Hong Kong bersama HKTB (18): Berpetualang Rasa bersama Moana
Antara Tradisi dan Kehidupan Modern
Meski dilindungi dengan teknologi mutakhir, Tembok Kota Xi’an tetap menjadi bagian hidup masyarakat. Wisatawan bersepeda di atas jalur selebar 12 meter di puncak tembok, menonton pertunjukan budaya, atau berfoto dengan mengenakan busana tradisional Hanfu di depan gerbang kuno.
“Saya berkeliling seluruh tembok dalam dua jam. Saya suka kontrasnya antara sisi modern dan sisi sejarah,” ujar Sara, wisatawan asal Spanyol berusia 25 tahun, dilansir Xinhua.
Di sekitar tembok, kafe dan penginapan menawarkan pemandangan “menghadap tembok”, menambah daya tarik bagi wisatawan.
“Orang Xi’an menjaga tembok ini karena rasa bangga yang mendalam. Tembok ini menghubungkan kami dengan 13 dinasti yang pernah berkuasa di sini,” kata Nan Jianchun, seorang sopir lokal.
BACA JUGA:Jelajah Hong Kong bersama HKTB (17): Menyapa Moana di Wayfinder's Table
BACA JUGA:Jelajah Hong Kong bersama HKTB (16): Hewan Peliharaan Punya Tanda Pengenal
Bagi Wang Su, tembok itu adalah simbol ketahanan. “Banyak tembok kuno masih ada di Tiongkok. Namun, Xi’an berbeda. Karena ukurannya dan kelengkapannya. Tujuan kami adalah menjaga agar sejarah tetap hidup dan relevan,” katanya.
Sejarah yang Hidup dalam Data
Ketika Zhang Jianli membuka gerbang taman setiap pagi, para pelari sudah menunggu untuk berolahraga. Dalam hitungan jam, taman dipenuhi warga yang berjalan, berlari, dan menikmati udara pagi.
Tembok kuno yang telah menyaksikan perubahan zaman kini berdiri tegak. Selain berkat batu bata dan tanah padat, juga berkat data dan kecerdasan digital.