HARIAN DISWAY - Di pagi musim gugur yang sejuk di Kota Xi’an, Provinsi Shaanxi, seorang penjaga keamanan bernama Zhang Jianli duduk di gerbang barat Taman Huancheng.
Gerbang itu mengelilingi Tembok Kota Xi’an berbentuk persegi sempurna. Dari posnya, Zhang menyapa para pengunjung yang datang silih berganti.
“Setiap musim punya bunganya sendiri,” ujarnya. Ia menjawab pertanyaan pengunjung muda tentang bunga laba-laba merah yang sedang mekar.
“Banyak yang datang kemari hanya untuk melihat bunga. Tapi setiap hari ada ribuan orang berkunjung,” katanya.
BACA JUGA:Wuju Opera, Seni Panggung Klasik yang Bangkitkan Tradisi Tiongkok di Kancah Dunia
Taman di sekitar tembok itu kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan warga Xi’an. Para pelari berbaur dengan keluarga yang berjalan santai di jalur rindang.
Sementara para fotografer sibuk mengabadikan pemandangan kota dengan latar tembok berusia ratusan tahun.
Namun di balik ketenangan itu, ada sistem canggih yang bekerja tanpa henti. Teknologi yang menjaga warisan sejarah tersebut tetap tegak: perpaduan antara batu bata kuno dan algoritma modern.
Warisan Dinasti, Kebanggaan Warga
Sebagai salah satu ibu kota kuno Tiongkok, Xi’an pernah menjadi pusat kekuasaan Dinasti Han Barat (202 SM-8 M) dan Dinasti Tang (618-907 M), dua masa paling berpengaruh dalam sejarah Tiongkok.
BACA JUGA:Bagua Zhang, Filosofi Seni Bela Diri dari Tiongkok yang Mengalir Seperti Naga
BACA JUGA:Ragam Perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur di Asia
Bagi warga Xi’an, Tembok Kota sepanjang 13,74 kilometer adalah simbol kebanggaan mereka. Juga pengingat akan sejarah panjang kota tersebut.
Awalnya dibangun pada tahun 582 M pada masa Dinasti Sui, tembok itu diperluas secara besar-besaran antara tahun 1370 hingga 1378 pada masa awal Dinasti Ming.