Waldi dijerat Pasal 340 KUHP, pembunuhan berencana. Ancaman maksimal hukuman mati.
Waldi-Erni pasangan asmara tidak sehat, tetapi seimbang. Banyak indikator pemicu ketertarikan asmara pria-wanita. Di antaranya, penampilan fisik dan harta. Dari segi penampilan fisik, Erni cantik, Waldi jelek. Dari segi harta, Erni lebih kaya daripada Waldi. Oleh karena itu, ketuaan Erni terimbangi oleh dua indikator tersebut.
Namun, itu tidak sehat. Ada risikonya. Dari pengakuan Waldi ke polisi, ia sering diberi uang Erni. Lama-lama Erni merasa diporoti.
Dikutip dari Psych Central, 5 September 2024, berjudul Age Difference in Relationships: How Much Is ’Too?, karya Janet Brito mengungkap kesenjangan usia pasangan asmara.
Di situ dikutip pendapat Loren Olson, psikiater di Des Moines, Iowa, Amerika Serikat (AS). Olson menyatakan, idealnya di AS, usia pria lebih tua sekitar tiga tahun daripada wanitanya. Jika lebih dari itu, tingkat sukses perkawinan jangka panjang terus menurun.
Tidak disebutkan soal wanita lebih tua daripada pria. Sebab, hal itu di luar kondisi ideal. Namun, perbedaan usia berapa pun, kunci sukses perkawinan bergantung beberapa hal. Bukan cuma usia.
Olson menyebutkan sepuluh faktor penting. Dari sepuluh, ada faktor terpenting. Antara lain, tingkat pendidikan sama tinggi, kecerdasan emosional sama tinggi, punya anak, keamanan finansial, dan keterampilan komunikasi sama kuat.
Jika itu tercapai, menurut Olson, beda usia lebih dari sepuluh tahun pun tidak masalah.
Di kasus Waldi tidak bisa dibedah dengan teori Olson. Sebab, Erni sudah menolak, teapi Waldi tetap memaksa. Ada pemaksaan kehendak. Pemaksaan kehendak asmara dieksekusi jadi pemaksaan fisik seksual (perkosa).
Hubungan Waldi-Erni bukan hubungan asmara. Waldi menguasai Erni. Diakhiri pembunuhan. (*)