Latar masa kolonial disajikan dengan detail memikat dari busana, arsitektur, hingga suasana pergerakan rakyat. Anda serasa ikut menapaki jalan sejarah yang penuh idealisme.
Guru Bangsa: Tjokroaminoto membuktikan bahwa kekuatan sejati tak selalu datang dari senjata, tapi dari gagasan dan ilmu. Sebuah tontonan berkelas yang membuat Anda makin kagum pada akar perjuangan bangsa.
BACA JUGA:Rumah HOS Tjokroaminoto dan Abadinya Spirit Kebangkitan Nasional
BACA JUGA:5 Destinasi Wisata Edukasi Surabaya yang Cocok untuk Rayakan Hari Pahlawan
5. Jenderal Soedirman (2015)
Foto: Poster film Jenderal Soedirman (2015), menampilkan Adipati Dolken sebagai sosok panglima besar yang tetap memimpin perang meski sakit parah.--IMDb
Kalau Anda mencari film yang benar-benar menggugah semangat juang, Jenderal Soedirman jawabannya. Film garapan Viva Westi ini mengangkat kisah heroik panglima besar yang memimpin perang gerilya meski dalam kondisi sakit berat.
Adipati Dolken menjiwai perannya dengan luar biasa. Memperlihatkan sosok Soedirman yang lembut tapi tak pernah menyerah. Anda akan merasakan ketegangan dan emosi di setiap adegannya.
Film itu memadukan elemen perang, strategi, dan sisi kemanusiaan yang menyentuh hati. Ia bukan hanya menampilkan sosok jenderal, tapi juga manusia yang rela berkorban demi bangsa.
Menonton Jenderal Soedirman seperti menyaksikan semangat "merdeka atau mati" hidup kembali. Sebuah film yang membuat Anda ingin berdiri dan memberi hormat setelah layar gelap.
BACA JUGA:Spirit Hari Pahlawan: Surabaya dan Gaza, Dua Kota yang Tak Pernah Menyerah
BACA JUGA:Hari Pahlawan, Perempuan Aceh, dan Sejarah yang Androgynous
6. Kartini (2017)
Foto: Poster film Kartini (2017), menampilkan Dian Sastrowardoyo sebagai R.A. Kartini yang memperjuangkan kesetaraan perempuan.--IMDb
Kalau Anda ingin melihat perjuangan dari sudut pandang perempuan yang lembut tapi berani, Kartini wajib masuk daftar tontonan. Film karya Hanung Bramantyo itu menampilkan Dian Sastro sebagai R.A. Kartini yang inspiratif.
Kartini membawa Anda masuk ke masa ketika perempuan dibatasi oleh adat, dan pendidikan hanya milik laki-laki. Kartini berjuang membuka pintu kesetaraan lewat pena dan pemikiran.
Setiap adegan dipenuhi emosi. Terutama ketika Kartini menulis surat-suratnya yang menggugah. Sinematografinya begitu indah, memperkuat makna di balik setiap kata dan perjuangan.
Kartini bukan cuma nostalgia sejarah, tapi juga refleksi untuk perempuan masa kini. Bahwa suara dan keberanian untuk bermimpi bisa menjadi bentuk perjuangan yang paling abadi.