Dari Desa Bulurejo untuk Negeri: Cara Menghajar Stunting dengan Pangan Lokal”

Senin 17-11-2025,11:56 WIB
Oleh: Hariyono *)


Hariyono.--

DI BANYAK desa di Indonesia, masalah stunting sering terasa seperti persoalan besar yang terlalu jauh untuk dijangkau. Ia dibicarakan dalam laporan, diperdebatkan dalam rapat, dan diformulasikan dalam berbagai program pemerintah. Namun di dapur rumah tangga, di meja makan keluarga, di Posyandu, di pekarangan rumah—di tempat-tempat itulah sesungguhnya stunting bermula dan harus diselesaikan.

Di Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, muncul sebuah pembelajaran menarik tentang bagaimana stunting dapat ditangani tanpa menunggu program besar datang, tanpa menunggu bantuan luar tiba. Desa ini menunjukkan bahwa perubahan bisa lahir dari sesuatu yang sangat dekat: pangan lokal yang selama ini hanya dipandang sebelah mata.

Pangan Lokal: Potensi Besar yang Lama Tertidur

Bicara tentang Bulurejo, kita bicara tentang desa yang sebenarnya kaya. Daun kelor tumbuh liar, ikan lele melimpah, singkong dan jagung tersedia hampir sepanjang tahun. Tetapi seperti di banyak tempat lain, potensi ini belum dimanfaatkan untuk mendukung gizi keluarga.

BACA JUGA:PKK Garda Terdepan Wujudkan Gresik Bebas Stunting dan Putus Sekolah

BACA JUGA:Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH), Jurus Baru Tekan Angka Stunting di Jombang

Alasannya sederhana: kurangnya pemahaman bahwa bahan-bahan itu memiliki nilai gizi sangat tinggi dan dapat diolah menjadi makanan yang disukai anak. Masyarakat terbiasa dengan menu “yang itu-itu saja” bukan karena tidak mau berubah, tetapi karena tidak pernah diberi contoh cara memanfaatkan kekayaan yang ada di sekitar mereka.

Program “SIGAP STUNTING – Sinergi Gerakan Pangan Sehat untuk Tangani Stunting” berangkat dari kesadaran itu: bahwa desa tidak kekurangan sumber pangan, yang kurang adalah pengetahuan cara mengolahnya dan kesadaran tentang nilai gizinya.

Pendekatan Praktis: Dari Dapur Posyandu ke Meja Makan Keluarga

Keberhasilan SIGAP STUNTING terletak pada pendekatannya yang sangat membumi. Tidak ada istilah teknis yang membingungkan, tidak ada metode yang rumit. Semua kegiatan dirancang agar ibu-ibu bisa langsung mempraktikkan hasil pelatihan di rumah, tanpa menambah beban biaya.

Beberapa contoh sederhana tetapi berdampak:

• Gemar Makan Ikan (GEMARIKAN): mengolah ikan lele menjadi nugget, bakso, dan abon murah.

• Pelatihan pangan lokal: menyulap singkong dan jagung menjadi cookies, puding, dan camilan bergizi.

• Inovasi tepung kelor: menggunakan alat pengering portabel dan blender untuk memproduksi tepung kelor yang tahan hingga 6 bulan.


PENGOLAHAN daun kelor yang banyak ditemukan menjadi salah satu cara mengatasi stunting.-Universitas Airlangga-

Di sinilah letak kekuatannya: program tidak hanya memberi informasi tentang gizi, tetapi menunjukkan cara mempraktikkannya. Itulah yang membuat perubahan perilaku jauh lebih mungkin terjadi.

Kader: Penggerak Perubahan yang Tidak Banyak Disorot

Kategori :