BACA JUGA:Ketum PP Muhammadiyah: Ibadah Kurban Momentum Membebaskan Diri dari Pesona Duniawi
Dalam konteks Islam, konsep itu memiliki karakteristik dan prinsip yang diimplementasikan oleh Muhammadiyah dalam sejarah Indonesia. Muhammadiyah, yang didirikan tahun 1912 oleh KH Ahmad Dahlan, adalah salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia.
Sejak awal, Muhammadiyah memiliki komitmen untuk memajukan kesejahteraan bangsa melalui pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. Apa yang dilakukan Muhammadiyah itu sejalan dengan upaya pembangunan masyarakat madani yang berkeadaban.
Muhammadiyah, dalam hal ini, berperan penting dalam memanifestasikan masyarakat madani melalui berbagai inisiasi praksis sosial. Melalui pendidikan, Muhammadiyah telah mendirikan ribuan institusi pendidikan.
BACA JUGA:Tanwir Muhammadiyah: Memakmurkan dan Mencerahkan
BACA JUGA:Tajdid Kedua Menghadapi Senja Kala Modernisme Muhammadiyah
Menurut data yang dilansir Muhammadiyah.or.id, Muhammadiyah mengelola 20.233 taman kanak-kanak dan kelompok bermain (PAUD), 2.817 SD/MI, 1.826 SMP/MTs, 1.364 SMA/MA/SMK, 440 pesantren, 171 perguruan tinggi, 355 rumah sakit/klinik, dan 562 panti asuhan.
Belum lagi, amal usaha ekonomi yang menyebar dalam bentuk minimarket, swalayan, penerbitan, dan baitul maal wa tamwil (BMT). Melalui pendidikan, Muhammadiyah berikhtiar membangun generasi yang berilmu dan berakhlak mulia, dan menyebarkan nilai-nilai keadaban yang diproyeksikan dan fondasi utama masyarakat madani.
Muhammadiyah juga aktif di sektor kesehatan dengan mendirikan rumah sakit, klinik, dan balai pengobatan. Layanan kesehatan itu tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas sosial yang sangat kuat. Hampir di seluruh pelosok Nusantara, Muhammadiyah hadir dengan pelayanan kesehatannya.
BACA JUGA:Muhammadiyah, Negara Pancasila, dan Darul Ahdi wa Syahadah
BACA JUGA:Muhammadiyah Tinggalkan BSI, Langkah Strategis atau Kecewa Layanan?
Dalam hal pemberdayaan sosial, Muhammadiyah terlibat dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan keterampilan dan pengembangan ekonomi lokal. Hal itu bertujuan meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat, esensi dari masyarakat madani.
Belum lagi, program kesejahteraan sosial Muhamamdiyah dalam bentuk pendirian panti asuhan anak yatim dan panti jompo.
Semua itu dilakukan sebagai langkah disemaikannya nilai-nilai Islam yang beririsan positif dengan konsep masyarakat madani (civil society). Pluralisme dan toleransi yang selama ini menjadi momok dalam pergumulan sosial juga dilakukan Muhammadiyah.
BACA JUGA:Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, 2 Ormas Bersaudara, Raih Zayed Award
BACA JUGA:Muhammadiyah dan Kisah Tiga Monyet