Hasilnya, para pembunuh menunjukkan konstelasi karakteristik biopsikososial yang mencakup gejala psikotik, gangguan neurologis mayor, punya kerabat tingkat pertama yang psikotik, pembunuh adalah korban tindakan kekerasan di masa kanak-kanak, atau kekerasan fisik berat.
Anak dan remaja laki-laki dengan karakteristik tersebut, berdasar riset tersebut, berpotensi jadi pembunuh. Meskipun dengan motif sangat sepele, yang bagi kebanyakan orang tidak menimbulkan niat membunuh. Meskipun, pembunuhan dilakukan terhadap orang yang berhubungan baik dengan pelaku. (*)