“Kalimat itu terasa sederhana, tapi menghantam. Saya langsung membandingkannya dengan kondisi di Sumatra. Kita mengambil terlalu banyak, terlalu cepat, tanpa memberi ruang bagi alam untuk bernapas," ungkap musisi kelahiran Medan itu.
Dalam diskusi tersebut, Rani juga memperkenalkan Kincia Aia, instrumen bunyi yang dia ciptakan dengan inspirasi dari kincir air tradisional Minangkabau.
Instrumen itu baginya adalah arsip hidup. Sebagai penanda relasi manusia, teknologi lokal, dan etika terhadap alam. “Instrumen adalah wadah untuk menyimpan pengetahuan dan cara hidup,” ungkapnya.
Panggung Global, Luka Lokal
Dalam Inter.Sonix 06 di Miscellania yang digelar kawasan CBD Melbourne, Rani berbagi panggung dengan RP Boo, pelopor musik footwork dari Chicago, serta Will Guthrie, perkusionis eksperimental asal Australia.
BACA JUGA:Ecky Lamoh Tutup Usia, Eet Sjahranie: Gone but Never Forgotten
Dalam format pertunjukan yang dinamis dan berenergi, Rani menghadirkan lanskap sonik Sumatra ke dalam bahasa musik elektronik global.
Bunyi-bunyi lokal dia posisikan sebagai subjek yang berdialog setara dengan praktik musik lintas geografi.
Namun, di balik intensitas ritmis itu, pesan yang dibawa tetap gelap dan berat. Salah satu karya paling emosional adalah “Regang”. Itu merupakan istilah yang merujuk pada napas terakhir.
Karya itu disusun dalam struktur ritmis yang tegang. Tapi justru menjadi pernyataan politis paling kuat malam itu.
BACA JUGA:‘MJ’ Hadir di Vancouver, Enam Hari Serba Michael Jackson
“Ketika saya tampil di sini, ratusan orang di kampung halaman saya kehilangan nyawa akibat bencana ekologi. Kesedihan itu tidak mungkin saya tinggalkan," ungkapnya.
Komposisi “Regang” lahir dari kolaborasi dengan desainer Indonesia Toton Januar. Karya itu terinspirasi oleh sejarah Sumatera sebagai Swarnadwipa atau Pulau Emas yang pernah makmur. Namun, kini seolah tengah meregang nyawa akibat kerusakan hutan.
Selama sekitar 40 menit, Rani membawakan rangkaian karya: Kincia Aia (Malenong M(A)so), Regang, Suara Minangkabau, Distortion Journey, Orang Piaman, Kembang Mengembang, dan Joget Sumatera. Dia menyebut keseluruhan set itu sebagai narasi kolektif bertajuk Sounds from Sumatera.
Dari Musik ke Advokasi
Duka yang dibawa Rani ke Melbourne berakar pada dua tragedi ekologis besar di Sumatera. Pertama, konflik lingkungan.