Tesla Incar Lokasi Pabrik di Batang, Toyota Kembangkan Calya Listrik

Tesla Incar Lokasi Pabrik di Batang, Toyota Kembangkan Calya Listrik

Founder Harian Disway Dahlan Iskan menghadiri peluncuran dealer Tesla di Surabaya akhir tahun lalu. -Harian Disway-

Bambang mengatakan universitas sudah menyiapkan SDM untuk industri mobil listrik itu. Salah satu perusahaan yang intens mengadakan riset di Indonesia adalah PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia.

Mereka baru saja meresmikan fasilitas baru:  xEV Center. Lokasinya di pabrik TMMIN Karawang 3. "Launching-nya baru Kamis kemarin," lanjut pengajar di Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem ITS itu.

Toyota menggandeng Kementerian Perindustrian dan 6 kampus. Mulai dari Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institusi Teknologi Bandung (ITB), Universitas Udayana (UU), Universitas Sebelas Maret (UNS)

Selain riset, keenam kampus itu juga menyediakan SDM terampil untuk industri mobil listrik nasional. "Sebetulnya riset dengan Toyota sudah dimulai sejak 2017," lanjut Alumnus ITS angkatan 1995 itu.

Kendala yang dihadapi adalah infrastruktur mobil listrik yang belum terbangun merata. Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) milik PLN mayoritas tersebar di Jawa. Itu pun masih di kota besar. 

Masyarakat pun sulit memutuskan untuk pindah ke EV. "Enggak bisa dipakai mudik atau jarak jauh. Mau isi baterai di mana?" lanjut Bambang. 

Karena itulah Bambang menyarankan Indonesia fokus pada pengembanhan mobil hybrid. Perpaduan baterai dan BBM. 

"Dan yang tidak kalah penting itu edukasi ke masyarakat," katanya. Banyak masyarakat yang takut pakai mobil listrik. Terutama soal keamanan dan perawatan. Padahal, menurut Bambang keamanan mobil listrik sudah terjamin. Perawatan pun tidak ribet. 

Pengenalan itu bisa dilakukan dengan penerapan di kendaraan umum. Misalnya bus atau angkutan kota. 

Kampanye peduli lingkungan juga perlu digalakkan. Dunia membutuhkan kendaraan zero emisi.

Untuk mendukung kampanye go green itu, Bambang juga mendorong penggunaan bahan bakar biodiesel, atau bioetanol untuk kendaraan hybrid.

Pengisian bahan bakar EV juga bisa dipadu dengan pembangkit listrik tenaga surya. Sebab selama ini listrik dari EV berasal dari pembangkit dengan bahan bakar batu bara. "Ini sama saja memindahkan emisinya ke mobil listrik," lanjutnya.

Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia Bob Azam menerangkan tujuan utama kerjasama dengan kampus adalah murni riset. Bukan untuk penjualan Toyota Calya listrik di masa depan. 

“Pemilihan Calya untuk dikonversi murni usulan universitas.  Pertimbangannya bahwa ini model yang dekat dengan rakyat,” ujar kata Bob dalam Webinar.

Penggantian sistem penggerak Calya bisa membuat Toyota mengembangkannya pada jenis mobil lain. Konversi energi memang harus dilakukan untuk semua segmen dasar mobil. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: