Kalau Sayang Kendaraan, Hindari Pantura Surabaya

Kalau Sayang Kendaraan, Hindari Pantura Surabaya

Pengendara kendaraan bermotor menerjang genangan air banjir rob di Jalan Kalimas Baru, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (18/5). -Julian Romadhon-

SURABAYA, DISWAY.ID- Fenomena pasang maksimum air laut sudah memorak-porandakan pesisir utara Kota Semarang Senin, 23 Mei 2022. Banjir rob itu diprediksi mampir di pesisir utara Jatim. Tak terkecuali Surabaya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Tanjung Perak Surabaya mengirimkan sinyal waspada. Pasang maksimum bakal muncul hari ini (30 Mei 2022) hingga 4 Juni 2022.

Ketinggian diprediksi mencapai 130–140 cm dari permukaan laut di wilayah pesisir. Kawasan pelabuhan Surabaya, Jalan Osowilangun hingga Kalianak, serta kawasan Pantai Timur Surabaya (pamurbaya) diminta waspada.

Masuknya air laut ke daratan bakal mengganggu transportasi di sekitar pelabuhan jalur logistik pantura Surabaya. Begitu pula aktivitas petani garam dan perikanan darat serta kegiatan bongkar muat di area pelabuhan.

”Hindari lewat di daerah-daerah yang terdampak banjir karena air laut bersifat korosif. Kendaraan lebih cepat berkarat dan mogok,” kata prakirawan cuaca Tanjung Perak Ady Hermanto kemarin, 29 Mei 2022. 

Air laut dapat memberikan dampak buruk jika tak segera dibersihkan. Kendaraan yang terkena air asin harus dibilas dengan air bersih sebelum mengering. Tidak boleh didiamkan hingga 24 jam. Selain dampak jangka pendek, air laut dapat sangat merusak bagian rangka, mesin, hingga kelistrikan kendaraan dalam jangka panjang. 

BMKG juga minta pemerintah daerah meninggikan tanggul laut. Area pamurbaya yang dikelilingi tambak juga harus dibendung. ”Kami mengimbau petambak meninggikan tanggulnya agar tidak meluber,” ucap Ady.

Meski tergolong cukup tinggi, rob yang datang di awal Juni itu tidak akan separah di Semarang. ”Selain beda topografinya, pasang saat ini tidak semaksimal full moon yang melanda area Semarang,” katanya.

Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang mencatat, ketinggian air karena banjir rob sempat mencapai 2,1 meter pekan lalu. Sebanyak 8 ribu keluarga terdampak banjir rob tersebut.

Ancaman rob ternyata tidak berhenti di awal Juni. Pemerintah daerah di kawasan pantura Jatim diminta bersiap lagi pertengahan Juni nanti. Ady mengatakan, ketinggian pasang air laut bakal lebih tinggi. ”Banjirnya sedikit mengganggu pertengahan Juni nanti,” lanjut Ady.

Pakar geologi dan dosen geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Amien Widodo mengatakan, krisis iklim bukan satu-satunya alasan banjir Rob. Permukaan air laut memang meningkat karena es di kutub mencair akibat pemanasan global. 

Namun, penurunan tanah di kawasan pesisir juga memperparah masuknya air laut ke daratan. ”Laju penurunan tanah di Semarang itu sekitar 9 sentimeter per tahun,” ujar peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi, Kebencanaan, dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS itu.

Pengambilan air tanah yang berlebihan memperparah penurunan tanah. Faktor lainnya adalah pengambilan minyak dan gas bumi, pembangunan gedung tinggi, hingga konsolidasi alami tanah.

Wilayah pantura dikenal sebagai kawasan padat penduduk. Setiap tahun jumlah permukiman makin berkembang. Daerah resapan air berkurang. Sementara itu, air tanah terus-menerus dieksploitasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: