Alihkan Sekolah Rakyat ke Istri, Fokus Dampingi Pasien Covid-19
Saat pandemi menyerang, suami istri itu berbagi tugas sosial. Pengelolaan SR ada di tangan istri, sementara Jadid bisa fokus di RSLI. ”Seharusnya tugas saya selesai Juli kemarin. Tapi, diperpanjang enam bulan lagi,” kata pria kelahiran Magetan, 29 September 1975, itu.
Jadid tak mempermasalahkan sampai kapan tenaganya dibutuhkan di RSLI. Andaikata nanti tidak diperpanjang pun, ia tetap mengabdikan dirinya untuk kemanusiaan.
Namun, Pemprov Jatim dan TNI-AL yang membangun RS darurat itu masih sangat butuh tenaga Jadid dan tim relawan. Awalnya, Jadid merasa tugasnya sudah selesai setelah setahun mengabdi. Pengusiran penyintas dari lingkungan sudah sangat jarang terjadi. Bahkan, tidak ada lagi sekarang.
Ternyata perang melawan Covid-19 masih berlanjut. Bahkan, pertempurannya lebih hebat tahun ini. Varian Delta telah merenggut ribuan nyawa setiap hari di Jatim.
Pekerja migran Indonesia (PMI) dari berbagai daerah juga mulai berdatangan. Mereka dipulangkan karena sudah tidak ada lagi pekerjaan di negara tujuan. Nasib mereka digantung di negara orang. Yang mau selamat harus segera pulang. ”Per hari ini RSLI diisi 185 orang. Sebanyak 149 itu pekerja dari luar negeri,” ujarnya.
Jadid harus menguatkan mereka yang wajib diisolasi minimal 14 hari sebelum bertemu dengan keluarga. Kalau mereka harus sabar menanti selama dua pekan, bagaimana dengan Jadid yang sudah lebih dari setahun jarang di rumah untuk menemani pasien di RSLI?
Bahkan, Jadid sempat koma lima hari karena tertular pasien. (Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: