Minum Sekenyang dan Sekembungmu…!
Pandemi menggulung banyak bisnis. Tetapi, kedai rumahan ini tetap bertahan. Namanya: Kopi Joyo 99. Lokasinya di Pondok Ranji, Tangerang Selatan.
LETAK kedai Joyo 99 bukan di depan jalan besar, kawasan elite, atau di dalam pusat perbelanjaan. Ia ada di dalam perumahan biasa. Tampilan luar warung kopi itu juga sangat sederhana. Tidak ada lampu atau plang besar yang berwarna-warni.
Tempat ngopi semi-outdoor itu hanya cukup untuk kurang lebih 15-20 orang. Bar, dapur, dan tempat cuci piringnya pun digabung. Pemandangan “mini bar”-nya bukan mesin kopi seharga motor. Tetapi hanya wadah-wadah kaca berisi biji kopi dari daerah-daerah di Indonesia. Peralatan yang digunakan untuk membuat kopi juga bisa ditemukan di pasar. Kompor dua tungku dan ketel leher angsa berwarna abu-abu.
Selain kedai, Joyo 99 juga menjual biji kopi yang bisa dibeli per gram. Kios kecilnya ada di dalam wilayah kedai kopi Joyo 99. Ketika masuk, pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan mesin-mesin penggiling, rak besar berisik wadah biji-biji kopi yang di atasnya berhias bingkai-bingkai foto aktris Hollywood. Misalnya, Leonardo DiCaprio atau poster film Se7en yang dimainkan oleh Brad Pitt dan Morgan Freeman. Ada juga meja kasir kecil untuk tempat transaksi. Mirip toko biji kopi pada umumnya.
“Signature Coffee” di kedai ini adalah kopi tubruk. Tapi, ada juga menu-menu lainnya yang bukan kopi. Misalnya, cokelat, Taro, Thai tea, dan makanan ringan seperti roti bakar.
Semua kopi itu diambil dari daerah-daerah Indonesia, pengunjung tinggal menunjuk langsung kopi asal mana yang mau diseduh. Ada dari Sumatera, Papua Wamena, Toraja, Malang, Lampung, Bali Kintamani, dan masih banyak lagi. Ada sekitar 40 jenis.
Fantastisnya, kopi tubruk itu gratis. Sepuasnya. Mulai kedai buka sampai tutup. Pukul 09.00-18.00. “Sekenyang dan sekembungmu,” kata Setya Yudha Indraswara, pemilik Joyo 99.
Jajaran kopi yang dipajang di kedai kopi Joyo 99 milik Setya Yudha Indraswara.
(Foto: Jessica Ester untuk Harian Disway)
Kopi tubruk juga menjadi menu favorit pengunjung Kopi Joyo. Ternyata minuman dengan teknik penyeduhan khas Indonesia ini bisa mengalahkan posisi minuman-minuman kekinian.
“Kalau dari kalangan anak muda, punya karakteristik sendiri. Biasanya kalau saya yang nyeduh, kebanyakan sukanya arabika karena ada asemnya, kan. Tapi kalau orang tua, kebanyakan robusta karena lebih pahit,” kata Delia, pekerja Kopi Joyo 99 sejak 2018.
Lalu, kenapa bernama Joyo 99? Ternyata Ullil tak menganut wejangan Thomas Alva Edison yang pernah bilang: jenius adalah 1 persen inspirasi dan 99 persen kerja keras. Filosofi Ullil lain lagi. Untuk menjadi joyo (berjaya) dan kerja keras hanya 1 persen. Sedangkan, 99 persennya itu diatur Tuhan. Maka terciptalah nama Joyo 99. “Apa yang gue lakukan, itu at the end, udah ada yang ngatur. Manut aja, mah, kalau kata orang Jawa. Bukan pasrah diem, tapi tetap berusaha,” kata Ullil.
Lelaki asal Jalan Batok, Kota Malang, itu sejatinya pernah menjadi karyawan yang mapan. Itu saat ia bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi di negeri ini. Ia juga pernah berpindah pekerjaan di salah satu supplier produk-produk fashion dan kecantikan. Tetapi, pada 2016, alumnus Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang, itu memilih keluar dari zona nyamannya.
Nyeburlah ia ke kopi…
Sejak kecil, pria kelahiran 25 Desember 1977 itu memang suka kopi. Dan kini, ia hidup dengan menjalani hobinya tersebut. Dan lingkaran pertemanan bapak dua anak itu pun membuat jalurnya makin terbuka lebar.
Sebenarnya usaha kopi itu tercipta setelah terbentuknya gerakan sosial kecil yang juga dibentuk oleh Ullil. Namanya Jaringan Warkop Nusantara (JWN). Organisasi itu fleksibel. Tak ada struktur yang mengikat. Anggotanya dari semua universe kopi di seluruh Indonesia. Ada penggiat kebun kopi, roaster, grader, penikmat kopi, bahkan orang-orang yang baru mau belajar tentang kopi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: