Komuter Surabaya–Pasuruan Hanya Angkut 100 Orang Per Hari

Komuter Surabaya–Pasuruan  Hanya Angkut 100 Orang Per Hari

KOMUTER Surabaya–Pasuruan/Bangil beroperasi lagi sejak 22 September. Setelah sepekan beroperasi, jumlah penumpang kereta diesel tersebut masih minim. Dalam sehari, komuter hanya mengantar 100 orang.

Co-Founder Transport for Surabaya (TFS) dr Aditya C. Janottama mengatakan, komuter itu sudah lama mati suri. Bahkan sebelum pandemi. ”Tidak ada integrasi. Dengan Surabaya Bus juga tidak nyambung,” kata Adit kemarin.

Jalur Surabaya Bus Purabaya–Jembatan Merah justru bersaing dengan komuter. Sebab, mereka sama-sama melintasi jalur tengah kota. Di jalur tengah kota ada juga bus patas AC 1 jurusan Purabaya–Darmo. Namun, bus itu hilang seiring datangnya Suroboyo Bus.

Adit berada di Jakarta kemarin. Ia merasa transportasi publik Surabaya masih kalah jauh dengan ibu kota negara. ”Di Jakarta terasa gampang banget. Semua terintegrasi,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Jaringan kereta, bus, dan angkutan kota sudah tersistem bak jaring laba-laba. Sementara itu, di Surabaya dan sekitarnya, jaringan transportasi belum banyak. Bahkan terkesan jalan sendiri-sendiri.

Angkutan kota (angkot) makin berkurang karena mobil yang ada sudah termakan usia. Tak mungkin lolos uji kir. Bus DAMRI juga sangat berkurang. Kalah bersaing dengan Suroboyo Bus.

Karena itulah, orang harus memiliki kendaraan pribadi jika ingin bepergian setiap hari di Surabaya. Sudah ada opsi ojek online. Namun, ongkosnya pasti besar untuk orang dengan mobilitas tinggi.

Komuter sebenarnya sudah beroperasi sejak era Presiden Megawati Soekarnoputri. Tujuh belas tahun yang lalu. Namun, setiap tahun jumlah penumpangnya terus menurun. Pandemi makin memangkas habis penumpang setianya.

Dalam masa keemasannya, komuter bisa melayani 40 ribu orang per hari. Baik relasi Surabaya–Bangil maupun Surabaya–Lamongan. Selalu ramai saat jam masuk dan pulang kerja. Tiket komuter relatif terjangkau: Rp 5 ribu. Belum dinaikkan sejak 2014. Sebelum itu, harga tiket cuma Rp 2 ribu.

Jadwal komuter juga sangat terbatas. Hanya ada tiga kali pemberangkatan. Pagi, siang, dan sore. Saat masih ramai, jumlah pemberangkatan mencapai dua kali lipat.

Manajer Humas PT KAI Daop 8 Luqman Arif mengatakan, penurunan penumpang terjadi di semua jenis kereta. Kereta lokal maupun yang jarak jauh. ”Semua tahu itu karena pandemi,” katanya.

Lalu, bagaimana dengan nasib komuter yang penumpangnya sangat minim tersebut? Apakah KAI tidak merugi jika kereta tetap beroperasi dengan penumpang yang sedikit. ”Komitmen kami tetap melayani selama ada yang naik,” jelasnya.

Penumpang kereta menurun drastis selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berlevel. Namun, sejak 22 September pemerintah memperlonggar aturan naik kereta. PT KAI boleh menambah jumlah kereta lokal dan jarak jauhnya. Saat ini jumlah penumpang kereta lokal mulai merangkak naik. Di kisaran 1.500 penumpang. Naik, tapi tetap sedikit. (Salman Muhiddin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: