Teroris Basri Ikrar NKRI, Analisis Deradikalisasi

Teroris Basri Ikrar NKRI, Analisis Deradikalisasi

Deradikalisasi tidak gampang. Empat tindakan itu tanda ia serius.

Peneliti terorisme Raffaello Pantucci dalam risetnya bertajuk Britain’s Prison Dilemma: Issues and Concerns in Islamic Radicalization (terbitan Jamestown Terrorism Monitor, 24 Maret 2008, menyebutkan:

Ada dua kendala rehabilitasi narapidana teroris. Di seluruh negara yang memenjarakan teroris.

Pertama, penjara menyatukan teroris dengan penjahat biasa. Meskipun blok sel mereka dipisah, mereka berada di satu gedung. Memungkinkan teroris memengaruhi napi penjahat biasa.

Kedua, upaya deradikalisasi bukan saja sia-sia. Melainkan, justru menghasilkan kebalikan. Pengelola penjara kerepotan mencegah napi lain tertular paham terorisme. Sebab, itu menyangkut ideologi. Dan, ideologi ditularkan lewat komunikasi.

Pantucci kini peneliti terorisme tamu di The Shanghai Academy of Social Sciences (SASS), Tiongkok.

Apalagi, Penjara Nusakambangan kini dihuni hampir 170 napi teroris. Tercatat, Kamis, 10 Mei 2018, sebanyak 155 napi teroris yang memberontak di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, semuanya diangkut pindah ke Nusakambangan. Mereka belum keluar. Masih ditambahi puluhan lagi.

Di situ prestasi deradikalisasi terhadap Basri nyata.

Hasil riset Pantucci (item nomor dua) senada dengan hasil riset Mark S. Hamm, bertajuk:

Terrorist Recruitment in American Correctional Institutions: An Exploratory Study of Non Traditional Faith Groups Final Report (Commissioned Repo, Desember 2007) yang menyatakan:

”Penjara (yang bukan khusus teroris) mewakili kerentanan. Penghuninya (napi) menjalani isolasi sosial, menimbulkan krisis individu, memupuk rasa berontak. Sehingga paham radikalisme teroris sangat diterima napi.”

Bagi napi umum, napi teroris dianggap sebagai simbol pemberontakan. Bahkan, bisa dianggap hero. Maka, sedikit saja sinyal ajakan napi teroris kepada napi umum, bagai api dalam sekam. Yang tidak terlihat penjaga penjara.

Hamm: Napi teroris cenderung membutuhkan napi bukan teroris demi kolaborasi kejahatan terorisme. Yang, gerakan terorisme punya penyandang dana. Sebaliknya, napi bukan teroris merasa, masa depannya gelap. Rentan. Akibatnya, bukan terjadi deradikalisasi, melainkan radikalisasi napi.

Contoh yang ditampilkan, teroris Khaled Kelkal. Kelahiran Mostaganem, Aljazair, 1971. Ia punya tiga saudara lelaki dan empat perempuan. Keluarga beranak delapan itu pindah ke pinggiran Kota Lyon, Prancis, ketika Kelkal masih bayi.

Pada 1990, Kelkal menyimpan mobil curian, dihukum percobaan (tidak dibui) empat bulan, karena masih remaja. Dua bulan kemudian ia menggunakan mobil, mendobrak properti pribadi warga Lyon. Ia dibui empat tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: