Pinjol, Antara Benci dan Rindu
Tanpa pergi-pergi, yang berarti butuh uang transpor. Mandi tanpa sabun, menggosok badan dengan batu bata, menyikat gigi dengan itu pula. Terpenting: Jangan pernah sakit. Pun, tidak sekolah.
Katakanlah, indikator miskin dinaikkan (rasional) jadi Rp 2,1 juta per kapita per bulan. Atau Rp 70.000 per kapita per hari. Entah, berapa jumlah orang miskin Indonesia. Bisa sekitar 200 juta orang. Dari 274,8 juta penduduk Indonesia sekarang.
Sekitar 200 juta orang miskin itulah yang sehari-hari sering butuh duit. Kelihatan dari jidatnya yang selalu berminyak. Mengilap. Sedangkan data miskin versi BPS yang 27,54 juta orang masuk kategori: Sangat-sangat butuh duit. Jidatnya dekil, tanpa sabun. Bermulut sambal.
Merekalah segmen market pinjol. Merekalah yang memahlawankan pinjol. Terus, mampukah pinjol melayani mereka?
Data situs resmi OJK pada Selasa (19/10) menyebutkan: "Sampai 6 Oktober 2021, total jumlah penyelenggara fintech lending (pinjol) yang terdaftar dan berizin di OJK adalah 106 penyelenggara."
Dengan data tersebut, segmen market pinjol resmi sekitar 2 juta pengutang. Karena itu, pemerintah tetap mendukung pinjol resmi. Go ahead...
Meskipun, NPL pinjol diprediksi (oleh aku) 20–30 persen. Atau satu dari empat pengutang gagal tagih. Habis, mau gimana lagi? (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: