Selangkah Lagi, KH Syaichona Cholill Pahlawan Nasional

Selangkah Lagi, KH Syaichona Cholill Pahlawan Nasional

GUBERNUR Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa terus memperjuangkan agar KH Syaichona Moh. Cholil, ulama asal Bangkalan, menjadi Pahlawan Nasional. Menurut Khofifah, tinggal selangkah lagi gurunya para pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu disahkan sebagai pahlawan.  

"Tinggal melengkapi arsip dan dokumen. Itu terkait bukti-bukti seperti foto beliau. Saat ini ada dua macam dan itu harus di-tashih (sahkan, Red) mana yang akan dipilih oleh keluarganya,” ujarnya. Sebab, foto itu bakal dimasukkan ke buku pahlawan.

Selain itu, tentu catatan perjuangan Syaikhona Kholil juga harus dikumpulkan. Catatan-catatan itu bisa dihasilkan dari berbagai diskusi. Baik tingkat lokal maupun nasional. Berasal dari berbagai kalangan seperti sejarawan maupun akademisi perguruan tinggi.

Semua dokumen itu penting untuk dijadikan pertimbangan bagi tim penganugerahan kepahlawanan nasional. Sebelumnya, Partai Nasdem dan Golkar sebagai pengusul juga telah menggelar diskusi terkait kepahlawan KH Syaichona Cholil. “Saya hadir di diskusi itu. Saya merekomendasikan agar segera siapkan kelengkapan dokumen yang dibutuhkan. Kalau bisa juga cerita-cerita jejak kesejarahannya dan dedikasi pengorbanannya," kata Khofifah saat peringatan Hari Santri 2021 di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, kemarin.

Tiga pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syansuri, adalah murid KH Syaichona Cholil. Pondok pesantren Syaichona Cholil menjadi rujukan banyak kiai dari berbagai pesantren di Jawa.

Harapannya, pada peringatan Hari Pahlawan nanti, nama Syaichona Cholil sudah bisa disahkan sebagai pahlawan nasional. Biasanya, menjelang 10 November, dilakukan penganugerahan gelar pahlawan nasional di Istana Negara oleh presiden.

GUBERNUR Jatim Khofifah Indar Parawansa memberikan santunan kepada santri pada upacara Hari Santri Nasional di Gedung Negara Grahadi, Jumat (22/10/2021). (Foto: Eko Suswantoro-Harian Disway)

Pada peringatan Hari Santri di Grahadi kemarin, Khofifah juga menyinggung soal peran santri di era kini. ”Kalau dulu perangnya melawan agresi militer Belanda kedua. Sekarang harus jihad melawan kemiskinan,” ujar Khofifah.

Menurutnyi, para santri harus lebih adaptif dengan perubahan zaman. Untuk itu, Pemprov Jatim telah menyiapkan program One Pesantren One Product (OPOP). OPOP bertujuan untuk menciptakan ekosistem kewirausahaan. Dibangun dengan melibatkan tiga unsur di dunia pesantren. Yaitu santripreneur, pesantren preneur, dan sosial preneur.

Progress-nya pun cukup signifikan. Sejak 2019 lalu, 30 pondok pesantren di Jatim ditunjuk sebagai pilot project OPOP. Setahun berikutnya, bertambah lagi menjadi 200 ponpes. Saat ini, jumlahnya hampir 400-an. Bahkan, ditarget bisa mencapai seribu ponpes pada 2023 nanti.

”OPOP telah menghasilkan communal branding. Jadi mereka sudah menggunakan satu brand sekarang,” lanjut Khofifah. Itu bakal memudahkan apabila ada importer tertarik memesan dalam jumlah banyak. Sehingga, komoditasnya sudah lebih siap. Salah satu contohnya, produk kopi dari Jember, Wonosalam, dan Bondowoso.

Abdul Hadi, Santri Pondok Pesantren Langitan Tuban, bersyukur dengan adanya program OPOP. Menurutnya, itu bisa menjadi wadah berkreatifitas bagi para santri. Seperti yang dilakukannya. Yakni memproduksi dan menjual berbagai varian nasi dari beras basmati. ”Dari sini kami bisa belajar berwirausaha,” jelasnya. (Mohamad Nur Khotib)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: