Karakter Jadi Poin Penting

Karakter Jadi Poin Penting

Koko Cici (Koci) Jawa Timur 2021 mulai bergulir. Sebanyak 33 peserta berpartisipasi dalam seleksi awal sekaligus wawancara yang dilaksanakan di Historica Café Surabaya pda 17 Oktober. Dua peserta lagi bergabung melalui jaringan digital.

PARA kontestan dinilai langsung oleh lima juri. Mereka adalah Jennifer Goldie, Kevin Jonathan, serta Jason Joulanda dari peserta di tahun sebelumnya. Ada pula Lily Frestiana dari Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) dan Thomas More Suharto Lie dari Thomas More Homeschooling.

“Saya mengapresiasi Koci. Ini jadi bentuk pelestarian budaya Tionghoa yang dilakukan oleh anak-anak muda. Saat sesi wawancara kemarin, saya memperhatikan ada dua peserta bukan dari kalangan Tionghoa tapi tetap bersemangat ikut. Ini justru membanggakan. Menunjukkan kalau mereka terbuka dengan keragaman budaya yang ada di Indonesia,“ kata Lily Frestiana.

Lily menjelaskan bahwa tahap seleksi kemarin masih jadi langkah awal dari serangkaian proses yang harus dijalani peserta. Para kontestan menunjukkan semangat untuk maju. Ditunjukkan dengan niat dan tekad mereka untuk mendaftar serta mempersiapkan diri mengikuti tahap interview.

Dia mengakui bahwa ada beberapa peserta yang persiapannya kurang maksimal. Mereka terlihat nervous kala bertemu para juri. Mentalnya belum utuh sepenuhnya. Pengetahuan tentang budaya Tionghoa yang masih belum mendalam.

Hal itu coba dimaklumi Lily. Karena poin penilaiannya memang bukan itu saja. Masih ada sejumlah faktor lain yang turut diperhitungkan dalam memilih kandidat. Pengetahuan tentang seluk-beluk kebudayaan akan dapat diasah seiring berjalannya waktu. Tentu akan ada sesi pendalaman bagi para finalis terpilih sehingga memudahkan proses pemahaman.

“Bagi saya tidak masalah. Yang terpenting adalah karakter. Kan itu adalah bawaan. Jadi dari sini saya dapat melihat potensi mereka ke depan. Koci merupakan perwakilan dari penyebaran budaya Tionghoa. Dibutuhkan sikap serta sifat baik demi tercapainya tujuan tersebut,” imbuh perempuan berambut panjang tersebut.

Selain itu, mereka akan terus bisa belajar bersama peserta yang lain di ajang Koko Cici Jatim tersebut. Para finalis nantinya bahkan harus menjalani karantina tempat mereka bisa menempa diri dan melakukan upgrading kemampuan diri.

Keterbukaan turut berpengaruh. Finalis Koci akan bertemu banyak orang. Mereka akan menjadi ’’wajah’’ berbagai agenda yang akan dilaksanakan Koci di masa mendatang. Sikap terbuka dan ramah terhadap masyarakat jadi modal dalam memulai diskusi serta obrolan. Agar membawa kesan baik bagi Koci secara khusus, dan masyarakat Tionghoa umumnya. Jiwa bersosial merupakan landasan dari poin-poin tersebut.

Para finalis akan menjalankan tiga tugas utama sebagai Koko Cici Jawa Timur. Yang pertama menjadi Duta Sosial. Syaratnya memiliki toleransi terhadap berbagai macam agama, suku, budaya, dan ras di Indonesia. Menjalankan misi sosial demi membantu sesama.

Kedua, Duta Pariwisata. Finalis diharapkan mampu membantu mempromosikan pariwisata di Jawa Timur. Baik di level nasional maupun internasional.

Ketiga, Duta Budaya Tionghoa. Koko Cici Jawa Timur sebagai contoh dan pedoman generasi muda dalam menghidupkan serta melestarikan budaya Tionghoa. Peran tersebut dilaksanakan tanpa mengesampingkan kecintaan akan budaya lain di Indonesia.

Tahap selanjutnya dalam proses seleksi Koci Jawa Timur 2021 adalah perumusan pemilihan semifinalis. Sebanyak 24 orang akan melaju ke babak selanjutnya. Terdiri atas 12 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Kemudian akan dipilih lagi 10 pasang untuk jadi finalis yang kemudian memperebutkan gelar juara.

Seluruh elemen akan bertemu di kantor Harian Disway pada 25 Oktober mendatang. Kemudian pengumuman akan dilakukan pada 30 November 2021 melalui akun Instagram Koci Jatim dan Harian Disway. (Ajib Syahrian Nor)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: