Lukisan untuk Ismanoe dan Kecilnya Tunjangan Veteran
Paguyuban Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) berkumpul di Taman Makam Pahlawan Mayjen Sungkono Rabu, (10/11). Peringatan hari pahlawan tahun ini dilakukan tanpa kehadiran pejuang TRIP generasi pertama.
SUARA terompet saling bersambut dengan irama nada penghormatan. Belasan prajurit TNI menundukkan kepala di depan Monumen Perjuangan 10 November di Jalan Mayjen Sungkono, Rabu lalu.
Rombongan TRIP Jatim menunggu di belakang mereka. Setiap kelompok yang ingin menggelar upacara harus mengantre sesuai urutan datang. “Tahun ini yang datang cuma generasi kedua dan ketiga. Anak dan cucu, tok,” ujar Herman Soni, putra pejuang TRIP, Darsono Kebluk.
Di hari yang istimewa itu, tak ada veteran TRIP yang diajak. Selain karena faktor kesehatan, pejuang TRIP yang masih hidup di Surabaya tinggal dua orang.
Biasanya, semua veteran yang masih hidup diajak ziarah ke makam pahlawan. Veteran ditempatkan di barisan terdepan upacara. Setelah itu, mereka didampingi untuk menaburkan bunga ke rekan seperjuangan yang sudah mendahului.
Karena tidak ada veteran yang ikut serta, anak dan cucu prajurit TRIP langsung menyebar ke sisi timur. Mereka mendatangi persemayaman terakhir orang tua atau kakek mereka.
Sony memegang sekantong bunga kenanga, mawar dan melati. Setelah menabur bunga makam ayahnya, Soni juga mengunjungi makam Soeprajitno Adi Kaler. Itu adalah makam ayahanda Satriyo Yudi Wahono alias Piyu Padi. “Mas Piyu. Aku sudah ke makam bapak. Njenengan (Anda, Red) kapan ke Surabaya?” ucap Soni lewat sambungan telepon.
Sony dan Piyu rupanya sangat dekat. Mereka ngobrol sekitar lima menit. Piyu berjanji akan mengabari Soni jika ia ada di Surabaya.
Paguyuban TRIP memang sangat kompak. Meski tidak ada hubungan keluarga, mereka sudah merasa seperti saudara.
Soni sedih, kini tinggal dua orang veteran yang bisa ditemui. Tinggal Ismanoe dan Soemanto. Paguyuban sudah mendatangi rumah mereka sebelum peringatan 10 November. “Pak Ismanoe itu sohib bapak saya. Kalau ketemu beliau tolong bilang, dapat salam dari Soni Kebluk,” kata pria yang tinggal di Sidoarjo itu.
Sebelumnya, Ismanoe memang menceritakan kisah persahabatannya dengan Darsono Kebluk. Mereka satu kompi. Sama-sama pasukan bantuan. Ismanoe dari Kediri sedangkan Darsono asal Blitar. “Zaman gerilya, kami sama-sama,” ujar Ismanoe.
Herlina Hasono Njoto (kanan) berbincang-bincang dengan Ismanoe.
(Foto: Salman Muhiddin-Harian Disway)
Setelah peringatan 10 November itu, dua anggota DPRD Surabaya, Herlina Harsono Njoto dan Ratih Retnowati, mendatangi rumah Ismanoe di Jalan Tales, Jagir, Wonokromo. Mereka membawa lukisan dengan gambar wajah Ismanoe menjelang magrib.
Ismanoe sedang duduk di teras rumahnya sore itu. Ia tersenyum ketika Herlina dan Ratih datang berkunjung. "Namanya siapa," tanya Ismanoe.
Herlina dan Ratih langsung menyalami tangan Ismanoe. Mereka memperkenalkan diri sebagai anggota DPRD Surabaya. "Selamat Hari Pahlawan, Eyang. Kami ada lukisan untuk Eeyang. Hanya ini yang bisa kami berikan sebagai rasa terima kasih atas perjuangan Eyang," ujar anggota Badan Anggaran DPRD Surabaya itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: