Mendukung Kiprah Guru Seni Budaya

Mendukung Kiprah Guru Seni Budaya

Merdeka Belajar yang digelar komunitas Bangku Kelas di Art Center Dekesda Sidoarjo ingin membuka mata publik bahwa guru seni budaya tak sekadar mengajar. Mereka juga punya karya yang layak untuk ditampilkan.

Komunitas Bangku Kelas didirikan pada 2020. Terdiri atas para guru seni budaya di berbagai sekolah di Sidoarjo. Menurut Anang Prahara, ketua komunitas dan ketua panitia pameran, kelompoknya memang khusus memfasilitasi para guru seni budaya untuk pamer karya.

Sebab selama ini mereka merasa kurang mendapatkan kesempatan dan ruang berpameran. ”Kali ini Dewan Kesenian Sidoarjo, yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo memberi ruang,” ujar guru SMPN 4 Sidoarjo itu.

Dalam pameran yang dibuka Saadah Ahmad Muhdlor Ali, penasihat Dharma Wanita Sidoarjo itu, ada sebelas perupa yang juga guru seni budaya, turut serta. Dari sekian karya, Saadah sempat lama mengamati Tarian Ombak karya Yanu Irwan.

”Menuju Dermaga”, karya Mokhammad Maksum. (Guruh Dimas/Harian Disway)

Di dinding yang lain, Nurma Susanti dan Mokhammad Maksum mengusung tema yang sama. Tentang pembangunan dan kelestarian lingkungan. Gaya lukisan Nurma berjudul Kolaborasi itu cenderung dekoratif.

Ada rumah-rumah atau gedung-gedung memanjang dengan hiasan motif tradisi dalam bangunan tersebut. Sedangkan bagian belakang bangunan tersebut berupa pegunungan dan tumbuhan kelapa di kanan-kiri yang masing-masing terlihat menekuk.

Sedangkan karya Maksum, Infrastruktur, menggambar pohon yang dahannya menekuk, membentuk semacam rel. Di sekujur dahan tersebut tampak mainan mobil-mobilan beroda yang dibuat dari batang pisang. Seperti mainan bocah zaman dulu. Latarnya berupa gedung-gedung perkotaan.

Baik Nurma maupun Maksum ingin menyampaikan agar pembangunan yang massif, baik infrastruktur atau pemukiman, agar memerhatikan pula faktor lingkungan. Dalam karyanya yang lain Maksum melukis Menuju Dermaga. Terlihat danau kecil dengan pemandangan malam. Tampak sunyi dan ngelangut. Karya Anang berukuran 1x1,5 meter ini menarik perhatian Saadah.

Seperti kecenderungannya yang khas, kubisme dengan rangkaian motif rumit di tiap sisinya. ”Tentu sulit dan butuh ketelatenan untuk membuat karya serumit ini ya,” ujar Saadah kepada Anang.

Tirto Adi, kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, sedang mengamati karya batik eco print buatan Lutvia Wahab. (Guruh Dimas/Harian Disway)

Di antara lukisan ada kain batik eco print yang terpajang di bagian tengah ruangan Hingga menjuntai ke bawah. Karya Lutvia Wahab, guru SMPN 2 Sidoarjo itu membuat Tirto Adi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo, itu cukup lama melihatnya. Bersama novelis Wina Bojonegoro dan pelukis Yoes Wibowo yang hadir.

Pada perhelatan berikut, komunitas Bangku Kelas akan mengajak guru-guru seni budaya lainnya, utamanya dari Kota Sidoarjo untuk berpameran. ”Kami sudah ada rencana ke arah itu. Tunggu tahun depan,” papar Anang.

”Langkah kami selanjutnya adalah mencoba untuk eksis dan terus berpameran pada tahun-tahun berikutnya,” ungkapnya. Tak menutup kemungkinan pula Bangku Kelas ke depan akan menggandeng siswa atau pihak lain untuk berpameran. ”Serta mengenalkan pendidikan seni kepada publik. Karena hidup tanpa seni adalah keniscayaan,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: