Jejak Eksistensi Tionghoa di Pasuruan

Jejak Eksistensi Tionghoa di Pasuruan

Di Pasuruan. Valention Limbang Jaya, finalis Koko Cici Jawa Timur 2021,  berkunjung ke Kelenteng Tjoe Tik Kiong yang terletak di Jalan Lombok 7.

Pada zaman Kerajaan Airlangga, Pasuruan dikenal dengan sebutan Paravan. Kala itu banyak saudagar kaya tinggal di Pasuruan dari berbagai etnis temasuk masyarakat Tionghoa, tempat ibadah ini bisa menjadi bukti akan fakta sejarah tersebut.

Kelenteng Tjoe Tik Kiong letaknya dekat dengan pelabuhan dibangun pada abad 17 M, memiliki kimsin yang didatangkan langsung dari Tiongkok. Salah satu pengelana dari Perancis pernah datang ke Pasuruan

Diinformasikan

Kelenteng Tjoe Tik Kiong yang dekat dengan pelabuhan dibangun pada abad 17 M, memiliki kimsin yang didatangkan langsung dari Tiongkok. (Valentino Limbang Jaya untuk Harian Disway)

dalam catatannya bahwa masyarakat Tionghoa yang tinggal saat itu hampir sepertiga jumlah penduduk. Keberadaannya yang terjaga hingga saat ini menjadi salah satu tujuan wisata dan kebanggaan masyarakat setempat.

Banyak kegiatan yang digelar di sana. Seperti pergelaran wayang potehi dengan lakon yang mendidik serta pertunjukkan barongsai dan liang liong saat perayaan Imlek tiba. Termasuk menggelar bakti sosial pengobatan gratis dan membagi sembako dalam waktu tertentu.

Pada bagian atas gerbang masuk kelenteng terdapat ornamen berbentuk sepasang naga dan burung Hong. Di belakang gerbang terdapat panggung mini untuk pementasan wayang Potehi yang biasa dipentaskan mengikuti agenda umat kelenteng yang memiliki hajatan tertentu.

Lakon yang dimainkan juga tertentu pula. Setahun sekali, panggung wayang Potehi mementaskan lakon tentang Kwan Sing Tee Koen (Dewa Kwan Kong) yang menjadi salah satu dewa utama kelenteng Tjoe Tik Kiong.

Valentino hadir di sana untuk menceritakan beberapa ornamen di dalam sebagai perlambangan budaya Tionghoa. ”Contohnya saja di pagar depan. Terdapat dua patung naga berukuran besar yang mengapit pintu masuk. Sebagai informasi, naga adalah hewan terkuat dan berada di kasta tertinggi dalam mitos cerita masyarakat Mandarin. Naga melambangkan keperkasaan,” katanya.

Setelah memasuki gerbang diapit dua naga, kita akan mendapati area lapang cukup luas. Tempat ini biasanya jadi area berkumpul masyarakat Tri Darma saat sedang beribadah di sana. Sesampainya di depan pintu gerbang kedua, kita akan disambut dengan dua patung harimau.

Patung tersebut dinamai Macan Kie Lin. Hewan mitos ini juga tak kalah bersejarah dan sarat akan kisah. Dalam legenda Tiongkok, dikenal ada sesosok binatang yang menjadi tunggangan para dewa. Juga mendapat kepercayaan untuk mengantar para dewa ke mana pun mereka pergi. Hewan itu bernama Kie Lin.

Pengaruhnya sangat besar hingga dapat mewakili 18 binatang yang ada di dunia. ”Kie Lin akan selalu ditemui di hampir setiap kelenteng. Karena disebut sebagai hewan penjaga pintu,” imbuhnya.

-Tungku pembakaran berbentuk pagoda di tengah-tengah patung Kie Lin. (Valentino Limbang Jaya untuk Harian Disway)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: