Mohammad Nuh dan Cerita di Balik Sukses Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama

Mohammad Nuh dan Cerita di Balik Sukses Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama

Kekhawatiran adanya perpecahan di Muktamar ke-34 NU di Lampung, 22-24 Desember lalu akhirnya tidak terbukti. Secara umum, muktamar berlangsung lancar. Salah satu sosok yang berperan besar membuat muktamar teduh adalah Prof Dr Mohammad Nuh DEA. Berikut wawancara Harian Disway dengan ketua steering committee (SC) muktamar tersebut.

---

Bagaimana Anda ditunjuk sebagai ketua SC?

Awalnya terjadi perbedaan pandangan tentang penyelenggaraan muktamar antara Rais Aam, Khatib Aam, ketua umum, dan sekjen. Terutama mengenai siapa yang harus menjadi panitia SC dan OC. Sempat alot. Padahal panitia muktamar harus segera terbentuk. Akhirnya saya diminta menjadi ketua SC. Semua pihak sepakat.

MOHAMMAD NUH (kiri) dan mantan Ketua Umum PB NU  Said Aqil Siroj saat pembukaan Muktamar ke-34 NU di Pondok Pesantren Darussadah, Lampung. (Foto: Setpres) 

Apa kira-kira pertimbangan menunjuk Anda sebagai ketua SC?

Saya membaca, saya diminta menjadi jembatan. Harus bisa menjadi jembatan. Tidak ke A dan ke B. Saya juga menyampaikan bahwa saya mau menjadi ketua SC dengan syarat muktamar harus sejuk.

 

Apakah ada ketakutan Muktamar bakal panas?

Para ulama kan berpesan agar Muktamar ke-34 jangan sampai seperti Muktamar ke-33 di Jombang yang kisruh. Di Jombang waktu itu SC sampai mengembalikan mandat ke pejabat Rais Aam karena tidak bisa lagi mengendalikan muktamirin. Membahas tata tertib saja sampai dua hari.

 

Sejuk seperti apa yang Anda harapkan saat itu?

Saya sampaikan ke SC dan OC bahwa desain muktamar ini sejuk. Sejuk itu harus diikhtiarkan. Tentang siapa yang jadi (terpilih, Red) adalah takdir. Wilayah ikhtiar itu kesejukan. Saya illustrasikan, kalau panas akan berkeringat. Kalau sudah berkeringat, paling gampang adalah buka baju. Kalau sudah buka baju akan kelihatan pusarnya. Nah, kalau kelihatan udel kan salatnya tidak sah. Muktamarnya bisa tidak sah. Jadi harus diubah. Sejuk. Tidak perlu buka baju. 

 

Soal penentuan waktu pelaksanaan muktamar juga alot. Apa yang terjadi?

Saat itu kan beredar dua opsi. Pertama menghendaki 17 Desember 2021, satunya ingin 31 Januari 2022. Situasi dihadapkan pada on-off. Selalu begitu. Saya sampaikan bahwa yang dibutuhkan bukan dukung mendukung. Kalau suasana dukung mendukung dipertahankan, polarisasi semakin kuat. Jembatannya harus lebih kuat lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: